Wujudkan Pemilu Aman dan Damai, Umat Beragama Diajak Cegah Penyebaran Hoaks

Palu – Umat beragama diajak untuk mencegah penyebaran informasi hoaks
demi mewujudkan stabilitas Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang aman,
damai dan tentram. Dalam hal ini, peran para tokoh agama sangat
strategis untuk memberikan pembinaan kepada umatnya.

“Tokoh – tokoh agama memiliki peran strategis dan penting dalam
membina masyarakat/umat beragama, untuk tidak menyebarluaskan
informasi – informasi yang tidak jelas sumbernya, dan informasi yang
mengandung provokasi bernuansa SARA,” ucap Tokoh Islam Moderat
Sulawesi Tengah Profesor Sagaf S Pettalongi dikutip dari Antara, Rabu
(25/10/2023).

Pernyataan mantan Rektor UIN Datokarama Palu itu seiring dengan
banyaknya konten dan informasi hoaks berkaitan momentum pemilihan
umum, yang disebarkan oleh pihak – pihak tertentu.

Pada Pemilu 2019, Kementerian Kominfo mencatat lebih dari 928 isu
hoaks yang beredar. Pada periode Januari 2023 hingga September 2023,
telah terdeteksi 152 isu hoaks, meningkat dari 51 isu hoaks di tahun
2022.Sehingga total isu hoaks sejak 2018 sampai 19 September 2023
sebanyak 1.471 isu hoaks.

Profesor Sagaf mengemukakan, pentingnya partisipasi yang sehat dan
bermoral dalam proses demokrasi.

“Semua pihak perlu untuk menciptakan ruang digital yang sehat agar
Pemilu damai 2024 bisa menjadi pesta rakyat yang membanggakan,”
imbuhnya.

Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak menyebarkan kebencian, baik
kepada seseorang ataupun kepada kelompok – kelompok tertentu, lewat
media sosial.

“Gunakanlah media sosial untuk hal – hal positif, hal – hal yang dapat
menambah penguatan kapasitas pada aspek intelektual, jejaring
sosial/kemitraan dan promosi usaha atau sosialisasi kegiatan,” ujar
Profesor Sagaf.

Menurutnya, penyebaran informasi hoaks, ujaran kebencian dan
provokasi, hanya akan membuat kegaduhan dan memecah belah persatuan
dan kesatuan masyarakat yang telah terbangun.

“Apalagi menjelang pelaksanaan pemilihan umum, ini harus diwaspadai
bersama oleh semua pihak, diikutkan dengan menangkal hoaks, ujaran
kebencian dan provokasi,” imbuhnya.

Di samping Informasi hoaks dan ujaran kebencian dapat, kata dia, dapat
mengganggu jalannya tahapan Pemilu. Maka dari itu keikutsertaan
masyarakat dan tokoh agama sangat dibutuhkan dalam menangkal hoaks dan
ujaran kebencian.

Ia menambahkan Pemilu merupakan sarana kedaulatan rakyat untuk memilih
wakil rakyat dan pemimpin secara demokratis sehingga harus terlaksana
dengan damai dan penuh martabat.

“Maka, dibutuhkan sikap yang bijak dalam menggunakan media sosial,”
ungkapnya.