Wiranto: Indonesia Alami 160 Serangan Teroris

Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengatakan, ‎isu penting yang menjadi perhatian pemerintah Indonesia adalah masalah terorisme. Sebab, sejak 2016, Indonesia termasuk negara ASEAN telah mengalami lebih dari 160 serangan teroris.

Hal itu dikemukakannya pada acara 15th ASEAN Political-Security Community (APSC) Council Meeting di Manila, Filipina, kemarin. Dalam pertemuan itu, Wiranto mengajak kerjasama ASEAN untuk melawan terorisme, radikalisme, jaringan pembiayaan teroris, dan keamanan di bidang maritim.

Wiranto menjelaskan, ‎isu pertama yang menjadi perhatian pemerintah Indonesia adalah masalah terorisme. Sebab, sejak 2016, Indonesia termasuk negara ASEAN telah mengalami lebih dari 160 serangan teroris.

Dikatakan, serangan teroris yang semakin luas merupakan bukti bahwa ancaman teroris begitu nyata terutama Foreign Terrorist Fighters yang telah menjadi semakin dekat. Saat in, kelompok teroris tersebut telah mengembangkan strategis dan taktik guna menyebarkan teror ke seluruh dunia.

“Saya yakin bahwa para teroris ini, termasuk ISIS dan organisasi teroris lainnya akan pulang ke rumah atau mencari tempat alternatif lainnya, termasuk Asia Tenggara,” jelas Menko Pohulkam.

Dijelaskan, kemampuan deteksi dini perlu ditingkatkan untuk merespons cepat perlawanan para teroris tersebut. Selain itu, gerakan kelompok teroris ini juga perlu ‎dihancurkan. Namun, pemerintah Indonesia tidak bisa bertindak sendiri lantaran harus bekerjasama dengan negara-negara lainnya.

“Konvensi ASEAN melawan Terorisme imemiliki dasar kuat untuk memperdalam kerjasama kita. Tidak hanya melalui pendekatan yang keras, tetapi juga pendekatan lunak yaitu dengan deradikalisasi, kontra radikalisme, serta melawan jaringan pembiayaan teroris,” tegas Wiranto.

Isu kedua yang dibahas Wiranto adalah persolan masalah keamanan bidang maritim, khususnya terkait kejahatan transnasional yang terorganisasi, termasuk terorisme, penyelundupan narkoba, perdagangan manusia, illegal fishing, dan illegal mining.

Di subwilayah Laut Sulu yang berbatasan dengan Indonesia, Malaysia, dan Filipina, masih terhadap kelompok teroris Abu Sayyaf yang terus mengancam rakyat. Sehingga, ia menekankan pentingnya melawan ancaman-ancaman kelompok teroris dalam kerangka ASEAN dan mekanisme subregional lainnya.

Wiranto mengatakan, isu selanjutnya melibatkan Indonesia dan beberapa negara lainnya yang menjadi incaran sindikat internasional. Menurutnya, banyak mafia yang menjadikan wilayah Indonesia sebagai pusat utama perdagangan narkoba.