WBP Tindak Pidana Terorisme: Kami Diperlakukan Seperti Keluarga

Sentul – Penjara adalah tempat ditahannya pelaku kejahatan. Alhasil kehidupan di dalam penjara selama distigma sebagai kehidupan yang keras dan membosankan. Namun itu berbeda dengan kehidupan para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Tindak Pidana Terorisme di Lapas Kelas IIA Sentul, Bogor.

Di sini, WBP diperlakukan sangat baik dan diberikan materi pengajaran wawasan kebangsaan, keagamaan, psikologi, serta latihan keterampilan melalui Badan Latihan Kerja (BLK). Diharapkan, nantinya setelah selesai menjalani masa hukuman, para WBP sudah siap kembali ke masyarakat sebagai manusia baru dengan pengetahuan kebangsaan dan keagamaan yang baik, serta memiliki ketrampilan kerja yang bisa menopang kehidupan keluarganya.

“Alhamdulillah di Lapas Sentul ini sangat beda dengan Lapas sebelumnya dimana saya menjalani hukuman. Sosialisasi petugas di sini sangat baik. Di sini kita diperlakukan seperti keluarga,” ujar Kisworo, salah satu WBP Napi Terorisme, di sela-sela pembukaan kegiatan Fasilitasi Komunikasi atau Family Visit antara Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Tindak Pidana Terorisme dengan keluarga yang digelar Sub Direktorat Bina Lapas Khusus Terorisme (Binlapsuster) Direktorat Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Lapas Sentul, Bogor, Rabu (27/11/2019).

Pada kegiatan ini, Kisworo mengaku gembira bisa melepaskan kangen dengan istri dan ketiga putranya. Apalagi kegiatan ini difasilitasi BNPT. Ia mengaku tidak pernah terbersit di pikirannya bisa ketemua keluarganya dalam suasana seperti ini.

“Rasanya luar biasa mas. Alhamdulillah bia ketemu anak istri dalam acara yang sangat berkesan ini,” ucap Kisworo yang terpapar paham kekerasan saat menjalani hukuman pidana umum di Lapas Tangerang ini.

Ia mengaku banyak mendapat ilmu selama menjalani proses hukuman di Lapas Sentul. Dan itu tidak ia dapatkan saat berada di Lapas sebelumnya. Apalagi ia hanya lulusan Sekolah Dasar (SD).

“Seusia saya yang hanya lulus SD, di sini saya dapat pelajaran wira usaha, keagamaan, psikologi, dan keterampilan. Insya allah kalau keluar nanti, saya bisa menjadi orang yang baik bermanfaat bagi keluarga dan negara,” tukasnya.

Hal serupa diungkapkan Asmawati, istri Kisworo. Ia mengaku perlakuan petugas Lapas Sentul sangat baik dan memudahkan di setiap ia membesuk suaminya. Bahkan, ia juga diizinkan masak di dalam Lapas, bila ia tidak sempat membawa makanan dari rumah.

Ia juga bersyukur, selama menjalani hukuman, suaminya banyak mendapat pelajaran dan ilmu yang bermanfaat. “Mudah-mudahan nanti suami bisa bermasyarakat seperti yang lainnya. Pas pulang nanti diterima dengan baik oleh warga,” kata Asmawati yang didampingi tiga putranya, Agung (12), Rafiq (10), dan Nuri (5).