Jakarta – Pengamat teroris Khairul Fahmi mengatakan, kabar tewasnya Bahrumsyah tidak akan berpengaruh banyak pada Indonesia. “Indonesia masih akan menjadi pusat kekuatan ISIS di Asia Tenggara,” katanya kepada wartawan di Jakarta.
Meski begitu, Khairul Fahmi menilai perlahan kekuatan kelompok radikal yang menjadi momok itu kini mulai bergeser ke Filipina. “Saat ini, saya kira Indonesia tetap paling besar,” katanya, Kamis (16/3/2017).
Dia menilai, kelompok teroris memang mulai bergeser ke Filipina karena ruang gerak mereka di Indonesia kian sempit akibat tindakan dan pencegahan yang dilakukan aparat. Potensi Filipina lebih besar untuk berkembang, namun personel di sana masih orang-orang Indonesia juga.
Meski begitu, Khairul Fahmi memperingatkan agar Indonesia tetap waspada karena diprediksi pelaku tunggal dan kelompok kecil akan lebih aktif bergerak di Indonesia. “Gangguan keamanan mungkin kecil tapi lebih sporadis,” tuturnya.
Di sisi lain dia mengatakan, meski akan ada kompetisi untuk mengisi kekosongan posisi yang ditinggalkan Bahrumsyah, diyakini tidak akan ada serangan teror besar-besaran di Indonesia. Kompetisi tersebut sebenarnya telah berlangsung lama. Salah satu bentuk kompetisi tersebut bisa dilihat saat serangan teror di Thamrin pada 2016 silam.
Aktifnya aparat kepolisian mencegah dan menindak para pelaku teror juga, menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi, karena kelompok-kelompok besar mulai terbatas ruang geraknya.
Namun ia memperingatkan bahwa dengan sempitnya ruang gerak kelompok besar akan membuat para pelaku teror bergerak sendiri atau membuat kelompok-kelompok kecil.
“Yang perlu diwaspadai pemain tunggal, bisa perorangan bisa kelompok mikro yang belakangan mulai bermunculan, terutama usai meningkatnya ghirah keislaman warga Indonesia,” jelasnya.
Seperti diketahui, Bahrumsyah yang merupakan petinggi ISIS asal Indonesia dikabarkan tewas, Senin (13/3/2017) lalu. Dia merupakan pemimpin Katibah Nusantara, unit pasukan asal Indonesia yang berperang di Raqqa, Suriah. Posisi tersebut diperoleh langsung dari pemimpin ISIS, Abu Bakar Al-Baghdadi.