Bogor – Ketua Umum Forum Komunikasi dan Konsultasi Badan Pembina Rohani Islam Nasional (FBN), Dr. KH. Ridwan Muhammad Yusuf, MA, mengatakan bahwa dalam beberapa waktu terakhir muncul gerakan yang mengatasnamakan pembela Pancasila namun diduga mempunyai agenda lain.
Gerakan ini mendadak pro terhadap Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tapi memiliki ide NKRI Bersyariah dengan memasukkan ideologi Khilafah dalam bingkai isu Pancasila dan NKRI. Hal ini tentunya harus diwaspadai oleh masyarakat.
“Saat ini memang ada pihak-pihak yang ingin menghancurkan kedamaian di Indonesia, dimana upaya-upaya itu dilakukan dengan sangat hebat dan masif. Kelompok-kelompok ini berupaya agar ada kebencian yang hadir kepada diri setiap manusia di muka bumi ini. Yang sebetulnya kita tahu bahwah kebencian ini datangnya dari dajjal,” ujar KH Ridwan Yusuf di Bogor, Sabtu (18/7/2020).
Ridwan mengatakan bahwa kebencian yang ditebarkan itu tekah membuat hati menjadi tidak suka terhadap satu sama lain dan dapat menimbulkan kemarahan. Untuk itu perlu ada upaya bersama dari para tokoh agama maupun tokoh masyarakat yang ada di seluruh wilayah untuk bisa membuat masyarakat menjadi tetap rukun menjaga persatuan dan kedamaian serta tidak mudah terprovokasi.
“Karena kalau kebencian ini dibiarkan, tentu bisa membuat hati menjadi saling tidak suka satu sama lain yang kemudian menimbulkan kemarahan. Jadi untuk mengatasinya kita harus bahu membahu, semua kyai, alim ulama, agamawan, tokoh masyarakat harus bersatu melihat ancaman besar ini sebagai ancaman kemanusiaan. Dan tokoh-tokoh ini harus bisa membuat masyarakat atau umatnya untuk selalu menjaga perdamaian,” tutur Ridwan.
Oleh karena itu, menurut kiai yang juga motivator ini meminta kepada seluruh lapisan masyarakat untuk melawan kebencian itu dengan rasa cinta dan kasih sayang antar sesame umat manusia sebagamana hidup ini adalah simfoni ciptaan Tuhan untuk umat manusia.
“Kebencian itu harus kita lawan dengan rasa cinta, dengan kasih sayang. Kita berikan pengertian kepada mereka bahwa setiap orang itu punya hak untuk hidup bahagia. Kita ajak seluruh elemen masyarakat agar sadar bahwa hidup ini adalah harmoni, suatu simfoni yang Allah buat bersama-sama, berwarna warni dan untuk saling menghormati satu sama lain,” ungkapnya.
Ridwan menyebutkan, dalam kasus Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) ini ada pihak yang membela dan ada pihak yang menolak, meskipun sebetulnya ideologi Pancasila ini sudah menjadi harga mati bagi bangsa Indonesia ini.
“Karena dengan Pancasila semua aliran dan agama dapat bersatu dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Jadi tidak boleh ada pihak-pihak yang mendukung Pancasila tapi malah memiliki agenda lain dibalik itu, karena itu berarti dia ingin mengusung kebencian dan perpecahan,” terangnya.
Dia berpendapat bahwa hal-hal seperti ini tentunya tidak akan pernah damai kalau terus dibicarakan dalam suasana hati yang panas dan kecewa.
“Kalau kita membahas hal-hal seperti ini harus dengan hati yang dingin, karena tidak akan bisa damai jika terus dibicarakan dalam suasana hati yang panas dan kecewa seperti yang terjadi saat ini. Karena itu perlu peran tokoh agama dan masyarakat untuk saling bahu-membahu menyelamatkan bangsa dan umat, ” ucapnya.
Ridwan menyampaikan agar jangan lagi para tokoh agama maupun tokoh masyarakat menjadi egois karena ini kepentingan bersama yang harus dijaga demi kemanusiaan. Karena para tokoh tersebut punya peran untuk menyatukan dan menyelamatkan para umat.
“Tokoh agama dan tokoh jangan lagi egois, harus berfikir bahwa kita ini untuk menyelamatkan umat, umat siapapun, agama apapun kita harus jaga kemanusiaan yang ada. Lambang-lambang kecintaan dan kebersamaan harus terus dibangun dan disebarkan dalam setiap ceramah-ceramah,” jelasnya.
Karena menurutnya kita sebagai manusia jika ingin mati dalam keadaan bahagia maka tentunya kita harus melakukan investasi kebahagiaan dari sekarang.
“Kita mati kalau mau bahagia maka dari sekarang kita sudah harus investasi kebahagiaan. Jangan pernah ada musuh, jangan pernah kita mengutamakan dan mengedepankan perbedaan. Tunjukkan bahwa kita ada rasa persatuan dan satu bangsa,” ujarnya
Terakhir Kiai Ridwan mengingatkan agar pemerintah juga tidak lupa untuk merangkul semua pihak, termasuk seluruh semua elemen masyarakat untuk diajak berdialog dan bersama-sama mencari solusi permasalahan bangsa, jangan malah memusuhi tokoh-tokoh masyarakat ataupun ulama.
“Rangkul mereka, ajak dialog, ajak berbicara, sehingga mereka bisa mengajak seluruh masyarakat untuk bisa dingin hati, berfikir cerdas, kemudian bersama-sama mencari solusi bagaimana agar semuanya bisa damai dan bahagia yang tentu saja kita harus saling menghormati satu sama lainnya,” ujarnya mengakhiri.