Jakarta – Masyarakat Tanah Air dikejutkan dengan penangkapan seorang terduga teroris di wilayah Bekasi, Jawa Barat, 14 Agustus 2023. lalu Terduga teroris berinisial DE (28) ini ternyata seorang oknum PT Kereta Api Indonesia (KAI). Dari hasil penggeledahan ditemukan belasan pucuk senjata dan amunisi. Terungkap juga DE telah bergabung dengan jaringan terorisme Mujahidin Indonesia Barat (MIB) pimpinan sosok berinisial WM dan berbaiat kepada Islamic Stade of Iraq and Syria (ISIS) sudah lama.
Terkait hal tersebut Mustasyar (penasehat) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2022-2026 yang juga Komisaris Utama PT KAI, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA., kasus ini harus menjadi warning bagi BUMN juga kementerian/lembaga, terutama dalam menghadirkan penceramah di lingkungan BUMN serta Kementerian/lembaga.
“Semua harus waspada terhadap bahaya-bahaya paham radikal. Ini semua berasal dari banyaknya khotib-khotib yang radikal yang kemudian malah dipakai di BUMN atau kementerian/lembaga melalui majelis-majelis taklim,” ujar Kiai Said di Jakarta, Jumat (25/8/2023).
Dirinya meminta instansi BUMN untuk sering mengadakan acara pembinaan terhadap pegawai terkait wawasan kebangsaan dan cinta kepada tanah air
“Harus terus diadakan. Dan tidak cukup hanya di pusat tetapi harus di setiap daerah di setiap BUMN. Termasuk juga di kementerian-kementerian. Bisa kita lihat saya berani bertanggung jawab ngomong seperti ini. Di Telkom, PLN, Pertamina, Direktorat Jenderal Pajak itu banyak sekali (yang terpapar),” tukasnya.
Kiai Said mengaku kaget saat kali pertama mengetahui kabar karyawan PT KAI terlibat terorisme. Pasalnya selama ini tidak pernah ada sebelumnya, meski ia tahu di beberapa BUMN sudah pernah ada yang terpapar.
“Kagetnya karena ini di kalangan KAI. Kalau di BUMN lain saya sudah tahu di beberapa BUMN ada kelompok-kelompok teroris. Kalau di PT KAI sendiri baru kali ini. Ternyata dari penampilannya pun tidak begitu kelihatan dia sebagai seorang teroris,” tutur Kyai Said
Dijelaskan Kyai Said, dalam Al Quran di surat An’am ayat 108 dikatakan , ‘Wa lā tasubbullażīna yad’ụna min dụnillāhi’, yang artinya kamu jangan mencaci maki non muslim. “Apalagi non muslim yang berdamai dengan kita, bersaudara dengan kita. Itu adalah sahabat kita, saudara kita. Tidak boleh dianggap musuh,” ujarnya.
Lalu dalam surat Al Baqarah ayat 193, mengatakan, ‘fa lā ‘udwāna illā ‘aladh-dhālimīn’. Yang artinya tidak boleh ada permusuhan kecuali kepada yang melanggar hukum’.
“Indonesia ini bukan negara agama, tetapi negara kebangsaan yang berasal dari semua komponen yang ada baik apapun agamanya, suku atau etnasinya dan seabagainya. Itu sudah merupakan keputusan founding fathers kita termasuk dari kalangan Nahdlatul Ulama,” kata Kyai Said.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2011 ini mengaku heran kenapa di beberapa kantor BUMN ada yang berpemahaman radikal. Bahkan yang lebih mengherankan, ada khotib-khotib di BUMN yang khutbahnya malah menyerang pemerintah.
“Saya pernah dengar sendiri, di Pertamina, shalat Jumat di Pertamina khatibnya itu namanya Situmorang, dia itu malah menghantam pemerintah, menganggap pemerintah itu thogut, dan sebagainya. Selama tidak menegakkan hukum Islam maka negara thogut, pemerintah thogut dan harus kita perangi. Itu khutbahnya di BUMN lho, tapi dia anti pemerintah, Saya pernah dengar sendiri, ngeri sekali,” tuturnya.
Selain itu, Kyai Said mengungkapkan tidak hanya di BUMN, keluarga TNI-Polri seperti ibu atau anak-anaknya banyak yang sudah terkontaminasi dengan paham radikal ini. Baik melalui pengajian, melalui majelis taklim, atau salah mengundang penceramah yang radikal, dari yang tadinya toleran menjadi radikal.
“Beberapa tahun lalu saya pernah ceramah di Polda Metro Jaya. Disitu saya ceramah dan menyebut nama Abu Bakar Ba’asyir Pimpinan Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, saya turun lalu ada Kombes datang ke saya mengatakan kepada saya ‘Kenapa bapak mencaci Abu Bakar Ba’asyir, anak saya sekolah disana (Ngruki)’. Artinya apa ? Di setiap lembaga atau instansi sudah terkontaminasi radikalisme,” ucap Pimpinan Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta ini.
Untuk itu Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) meminta kepada seluruh instansi BUMN untuk terus berperan untuk mengawasi dan benar-benar selektif dalam menerima pegawainya.
“Ya harus benar-benar selektif dalam menerima pegawainya, kemudian setelah masuk tentunya harus ada juga pembinaan tidak hanya cukup dilakukan cuma sekali tapi harus terus-menerus,” jelasnya.
Kyai Said juga berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia terutama umat Islam bahwa radikalisme terorisme itu bertentangan agama Islam. Tidak dibenarkan dalam agama Islam.
“Seperti yang saya katakana tadi, Nabi Muhammad berkata ‘fa lā ‘udwāna illā ‘aladh-dhālimīn’, tidak boleh ada permusuhan kecuali kepada yang mereka melanggar hukum. Tidak boleh ada permusuhan dikarenakan beda agama, beda suku, beda partai, beda aliran, tidak boleh,” katanya mengakhiri.