Jakarta – Pemerintah Tajikistan resmi mengesahkan Undang-Undang (UU)
larangan penggunaan hijab dan memelihara janggut bagi pria. Alasannya
dikeluarkannya UU itu karena ketakutan dan was-was Pemerintah
Tajikistan terhadap pengaruh radikalisme yang dibawa kelompok teroris
ISIS. Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, gedung teater di Rusia
diserang teroris dimana para pelakunya kelompok teroris di Tajikistan
yang terafiliasi ISIS>
Parlemen negara mayoritas Muslim tersebut kemudian mengadopsi
rancangan undang-undang (RUU) mengenai tradisi dan perayaan. RUU itu
melarang penggunaan, mengimpor, menjual, dan memasarkan “pakaian asing
bagi budaya Tajik”. Mayoritas pejabat dan publik menyebut larangan itu
ditujukan terhadap pakaian khas Muslim.
Salah satu alasan pemerintah melarang penggunaan hijab dan atribut
keagamaan lainnya adalah “demi melindungi nilai-nilai budaya nasional”
dan “mencegah takhayul serta ekstremisme”. Dengan kata lain,
Tajikistan yang dipimpinan pemerintah otoriter Presiden Emomali
Ramonov makin was-was dengan pengaruh radikalisme, terutama yang
dibawa ISIS.
Di bawah kepemimpinan Rahmonov, Tajikistan memang hendak dijadikan
sebagai negara yang sekuler. Rahmonov menggunakan dalih memberantas
ekstremisme untuk menggencarkan kebijakan sekularisme di negara
tersebu
Beberapa kebijakan itu misalnya memaksa warga mencukur jenggot,
membatasi usia orang yang masuk masjid, melarang penggunaan hijab,
hingga menutup masjid besar-besaran.
Langkah ini diambil karena rezim Tajikistan ingin melanggengkan
otoritarianisme. Ini juga untuk menghalangi rakyat Tajikistan kembali
kepada syariat Islam yang dianggap radikal oleh pemerintah.
Sejak runtuhnya Uni Soviet, gerakan-gerakan Islam merajalela di
Tajikistan. Gerakan-gerakan ini umumnya bertujuan membangun Khilafah
Islamiyah di Asia Tengah.
Kondisi ini pun satu persatu dicegah dan diberantas oleh rezim
Tajikistan yang condong dengan Barat. Kendati begitu, upaya represi
semacam ini justru mendorong peningkatan ekstremis di negara tersebut.
Pada 2021, setelah Taliban mengambil alih Afghanistan, gelombang
ekstremis menyapu Tajikistan. Tajikistan berbagi perbatasan dengan
Afghanistan sepanjang 1.356 kilometer.
Menurut pemerintah Tajikistan, Afghanistan utara merupakan sumber
utama aktivitas teroris. Wilayah itu disebut menampung ribuan
ekstremis.