Colombo – Warga muslim yang ada di Sri Lanka merasa tak aman pasca-serangan teroris di gereja dan hotel selama perayaan Paskah. Beberapa kelompok warga Kristen mulai menyerang kaum Muslim di sana.
Harian New York Times melaporkan, kaum Muslim tengah menjadi sasaran kekerasan pasca-serangan teroris yang terjadi akhir pekan kemarin di Sri Lanka yang menelan 359 korban jiwa.
Seorang warga yang beremigrasi dari Pakistan ke Sri Lanka, Auranzeb Zabi, mengatakan bahwa sekelompok warga Kristen memukulinya dan juga kedua anaknya setelah organisasi teroris ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Zabi mengatakan dirinya menyelamatkan diri dari kerumunan yang sedang marah dengan mencari perlindungan ke tentara.
Sejak terjadinya serangan teror di Sri Lanka, warga-warga Kristen melempari rumah-rumah kaum Muslim, mereka memecahkan jendela dan mendobrak pintu rumah-rumah warga Muslim.
Para warga Muslim dipaksa keluar dari rumah mereka, lantas mereka dipukuli di jalanan dan bahkan mereka diancam akan dibunuh.
“Sampai saat ini belum ada korban jiwa yang berjatuhan, namun banyak warga Muslim berpikir itu hanya masalah waktu,” tulis harian tersebut memperingati bahwa konflik antar-agama dapat membesar di negara tersebut.
Pada Minggu Paskah, sebanyak delapan bom meledak di delapan lokasi berbeda di dan di luar Kolombo, ibu kota Sri Lanka.
Delapan ledakan serentak yang menargetkan gereja dan hotel di dan luar ibu kota Kolombo menewaskan setidaknya 359 orang dan melukai lebih dari 500 lainnya pada Minggu Paskah.
Serangan bom itu menghantam gereja-gereja di Kota Kochchikade, Negombo, dan Batticaloa, serta Hotel Kingsbury, Cinnamon Grand, dan Shangri La di Kolombo.
Serangan bom bensin menyusul terjadi di sebuah masjid di sebelah barat laut Distrik Puttalum dan pembakaran dua toko milik Muslim di Distrik Kalutara pada Minggu malam, menurut laporan polisi.