Jakarta – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengingatkan pentingnya
melestarikan empat bingkai kerukunan sebagai pilar utama kekuatan
bangsa.
“Pertama bingkai politis. Politis, yaitu UUD 1945, Pancasila, dan
NKRI. Ini bingkai politis sudah menjadi aturan ketetapan negara,
tetapi itu dalam tataran politisnya. Implementasinya adalah bagaimana
kesepakatan tersebut ditetapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga
negara kesatuan yang juga dalam arti politis, sosial. Seluruhnya
menjadi kesatuan,” kata Wapres.
Wapres menyampaikan hal itu saat menerima audiensi Forum Keberagaman
Nusantara (FKN) di Istana Wapres, Jakarta, Kamis (25/7).
Wapres sebagaimana keterangan dari Biro Pers Sekretariat Wapres
menyampaikan melalui implementasi bingkai politis yang merata, maka
pembangunan pun juga dilakukan secara merata untuk seluruh Indonesia.
“Makanya, kita bangun pemerataan. Jangan sampai merasa tidak masuk
NKRI. Jadi, pembangunannya bukan meng-Jawa tapi meng-Indonesia.
Politisnya sudah, tetapi implementasinya belum mantap. Karena itu,
bingkai ini harus dijaga,” ucap Wapres.
Kedua, bingkai yuridis. Dalam bingkai itu, Wapres memaparkan bahwa di
Indonesia terdapat aturan-aturan yang dibuat untuk kepentingan
masyarakat. Untuk itu, dalam merawat keberagaman dan merajut
kebhinekaan, aturan-aturan tersebut harus ditaati.
“Ketiga (bingkai) sosiologis, yaitu local wisdom (kearifan lokal).
Local wisdom ini banyak sekali menyelesaikan persoalan. Di
daerah-daerah punya local wisdom,” ungkap Wapres.
Ia pun mencontohkan beberapa nilai-nilai tradisional yang dapat
ditemukan di berbagai daerah, di antaranya di Sumatera Utara terdapat
kearifan lokal “Dalihan Na Tolu”, di Minahasa “Torang Samoa Basodara”,
dan di Dayak “Rumah Betang” yang seluruhnya memiliki makna membangun
persaudaraan.
Melalui kearifan lokal tersebut, Wapres menilai banyak permasalahan
yang tidak dapat diselesaikan secara politis maupun yuridis, namun
dapat diselesaikan secara sosiologis.
“Keempat bingkai teologis. Agama-agama itu di dalam menyampaikan harus
menggunakan narasi-narasi kerukunan, jangan narasi konflik. Kalau
agama ini membawa narasi konflik, ya konflik, tetapi kalau narasinya
kerukunan, tidak terjadi konflik,” tuturnya.
Wapres pun berpesan implementasi bingkai teologis dalam kehidupan
sehari-hari terus dikawal dengan baik. Sebab, bingkai tersebut
merupakan bingkai yang paling dekat di hati dan keseharian masyarakat.
“Masing-masing boleh berdakwah menyampaikan ajarannya, tetapi jangan
narasi konflik. Teologinya kerukunan, jangan teologi konflik,” ujar
Wapres.
Sebelumnya, tokoh masyarakat Sumut Rahmat Shah menyampaikan bahwa
wilayah Sumut telah lama mempraktikkan toleransi melalui hidup
berdampingan dengan damai dan harmonis. Ia pun mengharapkan melalui
kehadiran FKN, dapat memperluas dan berbagi referensi mengenai praktik
baik yang dilakukan di Sumut ke seluruh Indonesia.
“Bisa saling belajar dan bertukar pengalaman tentang cara baik
membangun toleransi,” katanya.