Kalmunai – Lima hari setelah tragedi bom bunuh diri di Sri Lanka pada Minggu Paskah (21/4), terjadi baku tembak antara pasukan militer dan terduga teroris pelaku pemboman. Kejadian itu menewaskan tidak hanya pelaku, tapi juga wanita dan anak-anak.
Sebelumnya, bom bunuh diri di hari Paskah di Kota Batticaloa itu menewaskan sedikitnya 250 orang dan menyebabkan 500-an lainnya terluka, melansir Reuters.
Pada Jumat malam, di desa Sainthamaruthu di pantai timur Sri Lanka, tentara dan polisi melakukan penyerbuan ke rumah yang di duga merupakan markas dari sekelompok gerilyawan Islam pelaku pemboman. Polisi dan tentara mendapatkan laporan itu dari masyarakat setempat.
Ada tiga bom meledak saat penggerebekan berlangsung. Pasukan militer juga melaporkan bahwa mereka menembaki para tersangka yang bersembunyi di dalam tempat itu.
Baca juga : Yazidi Irak Tak Mau Menerima Anak Hasil Pemerkosaan Militan ISIS
Istri dan anak perempuan dari terduga dalang serangan bunuh diri itu, Mohamed Hashim Mohamed Zahran, terluka dalam baku tembak berikutnya, kata polisi dan saudara perempuannya, Sabtu.
Hampir 10.000 tentara telah dikerahkan di seluruh pulau untuk melakukan pencarian sejak serangan Paskah di tiga gereja dan empat hotel itu terjadi. Sebagian besar tentara itu berada di ibu kota Kolombo. Pasukan keamanan telah menahan 100 orang, termasuk warga asing dari Suriah dan Mesir.
Kelompok teroris Islamic State (ISIS) telah mengklaim bertanggung jawab atas pemboman di negara mayoritas Buddha itu. Serangan ini akan menjadi salah satu serangan terburuk yang dilakukan oleh kelompok itu di luar Irak dan Suriah.
Baku tembak Jumat malam di distrik Ampara yang didominasi Muslim itu terjadi setelah ada peringatan dari pihak berwenang bahwa masih ada militan yang merencanakan serangan bom lebih lanjut. Militan yang bersembunyi di sana diduga anggota kelompok Islamis domestik, Jamaat Thawheedh Nasional, kata militer.
Bentrokan senjata berakhir sebelum fajar, dan ketika pasukan menyerbu ke rumah yang hancur, mereka menemukan 15 mayat, termasuk enam anak dan tiga tersangka pelaku bom bunuh diri, kata seorang juru bicara militer.
Sejumlah besar bahan peledak ditemukan di rumah itu, katanya.
Setelah kejadian itu jalan di luar dipenuhi sepatu dan puing-puing dan darah berceceran, kata seorang saksi mata kepada Reuters. Ia juga melihat mayat-mayat terbungkus kain dan beberapa potongan tubuh dibawa dalam kantong mayat.
Penduduk desa telah memperhatikan aktivitas yang tidak biasa di rumah tersebut pada hari Jumat, kata seorang penduduk kepada Reuters. Ia menambahkan bahwa para tersangka militan berbicara dengan arogan dan menolak untuk mengungkapkan identitas mereka.
“Salah satu orang di rumah itu datang untuk sholat ke masjid dan dia tampak sangat curiga,” kata warga, yang menolak disebutkan namanya karena dia khawatir akan keselamatannya sendiri.
Penduduk desa kembali ke rumah itu untuk kedua kalinya, namun kali ini dengan pejabat pemerintah. Tetapi para tersangka malah melepaskan tembakan. Mereka kemudian memberi tahu polisi, katanya.
Setelah penembakan berakhir, sekitar 500 keluarga desa dievakuasi ketika pasukan memulai pencarian selama tujuh jam di daerah itu.
“Kami tidak pernah mengalami ketakutan seperti ini, bahkan selama perang LTTE,” kata penduduk itu kepada Reuters melalui telepon.
LTTE merupakan konflik yang terjadi selama 26 tahun antara pasukan pemerintah dan separatis etnis Tamil yang berakhir satu dekade lalu.
Ketika pencarian dari rumah ke rumah berlanjut, seorang tentara muncul dari satu rumah sambil menggendong seorang anak yang terluka di tangannya. Ketika anak itu dibaringkan dalam kendaraan militer, dia menangis mencari ayahnya.
Militer mengatakan bahwa ketika pencarian diperluas ke desa Sammanthurai di dekatnya, di mana mereka menemukan sejumlah bahan peledak, detonator, botol asam, bendera ISIS, peralatan bunuh diri dan seragam militer.