Semarang – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengajak para pelajar untuk jeli ketika mendapatkan “share” informasi atau berita di media sosial sebagai langkah menangkal hoaks.
“Teknologi informasi sekarang ini luar biasa berkembang. Tidak bisa ditahan. Di satu sisi, orang tua juga diringankan, seperti adanya Google untuk pencarian informasi,” katanya di Semarang, Rabu (8/11/2017).
Kalau dahulu anak-anak ketika ada PR (pekerjaan rumah) yang sulit bertanya kepada orang tuanya, sekarang ini sudah bisa dengan mudah mencari tahu lewat situs mesin pencarian informasi.
Hal itu diungkapkannya saat membuka pelatihan jurnalistik bertema “Menghalau Hoaks, Menebar Kabar Benar” menyambut HUT Ke-80 Perum LKBN Antara di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 12 Semarang.
Di sisi lain, kata priak yang akrab disapa Hendi itu, kemajuan teknologi informasi juga berdampak negatif. Seperti maraknya berita yang tidak benar dan menyesatkan (hoaks) hingga konten pornografi.
“Apakah medsos baru ada hari ini? Kalau digitalisasinya, iya. Akan tetapi, medsos sebenarnya sudah ada kurang lebih 550 tahun lalu ketika muncul kebiasaan ‘ngerumpi’ di sumur saat antre mengambil air,” katanya.
Lama-lama, kata dia, berkembang “ngerumpi”-nya di warung kopi, taman-taman, hingga sekarang ini pada era digitalisasi dengan hadirnya medsos di dunia maya, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram.
“Apakah medsos dalam diskusinya selalu benar? Belum tentu. Makanya, harus pintar dan jeli. Baca dahulu kontennya. Kalau enggak yakin klarifikasi kepada orang yang lebih paham sebelum ‘ngeshare’,” katanya.
Kalau belum yakin juga, kata Hendi, tidak perlu “ngeshare” berita atau informasi kepada teman-temannya yang bisa saja hoaks dan melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
“Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada Antara yang memberikan pelatihan jurnalistik kepada pelajar. Minimal, mereka bisa paham dan ikut menangkal hoaks. Syukur bisa jadi hobi dan pekerjaan,” pungkasnya.
Kepala SMAN 12 Semarang Kusno mengatakan, selama ini sekolah juga mengandalkan peran guru bimbingan konseling (BK) untuk menyosialisasikan dan mengajak siswa untuk mewaspadai maraknya hoaks.
“Anak-anak memang boleh bawa telepon seluler. Namun, kami selalu gelar pemeriksaan berkala terkait dengan kontennya dan dari jaringan ‘Wi-Fi’ juga bisa mendeteksi situs atau konten yang dibuka,” katanya seperti dikutip Antara.
Kepala Perum LKBN Aantara Biro Jawa Tengah A Zaenal Muttaqin menjelaskan prinsip dasar jurnalistik harus mengandung unsur 5W + 1H, yakni what, who, when, where, why, dan how.
“Bagi Antara tidak cukup 5W + 1H, masih ditambah 3E 1N. education, enlightening, empowering, dan nationalism. Artinya, berita harus mendidik, mencerahkan, memberdayakan, dan menjaga nasionalisme,” pungkasnya.