Wali Kota Magelang Harap masyarakat Jaga Toleransi Antarumat Beragama

Magelang – Wali Kota Magelang dr Muchamad Nur Aziz menargetkan Kota Magelang memiliki tingkat toleransi antarmanusia tertinggi. Oleh karena itu, Muchamad Nur Aziz meminta masyarakat di Kota Getuk ini tetap menjaga toleransi, seluruh warga hidup guyup rukun tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan.

“Kota Magelang kondusif, tidak ada persoalan signifikan antara ormas, agama dan lainnya. Kota Magelang sudah cukup baik, tinggal kita pertahankan,” ujar Nur Aziz dalam keterangannya, Senin (6/3).

Ia menyampaikan hal tersebut saat menjadi nara sumber dalam acara Ngopi Bareng Pak Wali bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Magelang di Pendopo Pengabdian Kota Magelang.

Acara tersebut juga dihadiri, antara lain Wakil Wali Kota Magelang M. Mansyur, Kapolres Magelang Kota, Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah, Ketua FKUB Jawa Tengah, Kepala Kejaksaan Negeri, dan beberapa OPD di lingkungan Pemerintah Kota Magelang.

Pemkot Magelang memiliki program-program unggulan yang menjunjung tinggi nilai toleransi, salah satunya Program Magelang Agamis (Progamis) yang diturunkan dalam bentuk pencanangan Kampung Religi. Progamis juga berkolaborasi dengan Kampung Kerukunan yang digagas oleh Kementerian Agama (Kemenag).

Saat ini Kota Magelang berada di peringkat 6 Kota Paling Toleran di Indonesia versi Setara Institut.

Menurut Aziz kerukunan membutuhkan contoh, para pemimpin, pemangku wilayah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama harus menjadi teladan bagi masyarakat tentang hal toleransi.

“Kota Magelang peringkat ke 6 Kota Toleransi Nasional. Kita lihat Kota Singkawang (Kalbar) itu hebat. Dan tidak gampang menjadi Kota Toleransi. Mereka sudah asimilasi,” katanya.

Memasuki tahun politik ini, dia mendorong masyarakat untuk tetap menjaga kondusif Kota Magelang. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan TNI, Polri, keamanan pemerintah daerah setempat demi menjaga stabilitas keamanan Kota Magelang.

“Hari-hari ini Pemkot Magelang betul-betul ingin membuat masyarakat pandai, memandang agama tidak pakai kacamata kuda tapi tepa selira,” katanya.