Jakarta – Terbentuknya NU Online diharapkan bisa menjadi wahana bagi ulama dan generasi muda untuk bertukar ilmu pengetahuan melalui dunia maya. Utamanya adalah untuk mengimbangi propaganda radikalisme dan terorisme di dunia maya. Dengan adanya NU Online, setiap paham negatif yang muncul bisa langsung diluruskan.
“NU selalu memonitor berbagai kegiatan di dunia maya. Dengan adanya NU Onlie ini akan memudahkan kami untuk bersinergi dan berkomunikasi dalam menyiarkan agama islam yang benar di dunia maya. Itu sekaligus untuk membendung menjalarnya paham radikalisme dan terorisme, khususnya melalui media internet,” ujar Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali di sela-sela Workshop Penguatan Jaringan Anti-Radikalisme di Dunia Maya untuk Ulama Muda yang digelar Nahdatul Ulama (NU) Online bersama BNPT di Hotel Acacia, Jakarta, Senin (15/5/2015) malam.
Dalam ksemepatan itu KH As’ad juga menceritakan awal terbentuknya NU online ini pada 2003 lalu. Saat itu, ia dipanggil KH Hazim Muzadi yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum PB NU. Kepada As’ad, Hazim menginginkan agar manajemen NU yang lebih bagus. Saat itu Hazim ingin agar dibuatkan NU online dan semua cabang NU di daerah punya komputer sambung menyambung dan bisa melaporkan kegiatan NU yang ada di daerah dengan segera.
“Pak Hazim bilang butuh dana Rp 5 miliar dan saya diminta untuk mencarikan dananya dan akhirnya bisa didapatkan. Dan yang memberikan dana satu orang sekarang sudah meninggal dan dia juga bukan orang muslim. Dan ini menjadi sejarah berdirinya NU online. Jadi ini tempat ngumpulnya ulama muda,” kata As’ad yang saat itu masih menjabat sebagai Wakil Kepala BIN itu.
Dengan adanya NU online ini diharapkan jaringan komunikasi NU ini dapat saling sambung menyambung menjadi kesatuan. Kedepan dirinya meminta untuk melupan firkoh-firkoh yang dinilianya sempit.
“Karena yang dihadapi kedepan adalah islam moderat secara keseluruhan. Ada Muhamadiyah, ada juga Jamadul Asliyah, yang sama-sama Islam juga sehingga mereka harus kita ajak,” imbuhnya. ini akan memudahkan kami untuk bersinergi dan berkomunikasi dalam menyiarkan agama islam yang benar di dunia maya. Itu sekaligus untuk membendung menjalarnya paham radikalisme dan terorisme, khususnya melalui media internet,” ujar Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali di sela-sela Workshop Penguatan Jaringan Anti-Radikalisme di Dunia Maya untuk Ulama Muda yang digelar Nahdatul Ulama (NU) Online bersama BNPT di Hotel Acacia, Jakarta, Senin (15/5/2015) malam.
Dalam ksemepatan itu KH As’ad juga menceritakan awal terbentuknya NU online ini pada 2003 lalu. Saat itu, ia dipanggil KH Hazim Muzadi yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum PB NU. Kepada As’ad, Hazim menginginkan agar manajemen NU yang lebih bagus. Saat itu Hazim ingin agar dibuatkan NU online dan semua cabang NU di daerah punya komputer sambung menyambung dan bisa melaporkan kegiatan NU yang ada di daerah dengan segera.
“Pak Hazim bilang butuh dana Rp 5 miliar dan saya diminta untuk mencarikan dananya dan akhirnya bisa didapatkan. Dan yang memberikan dana satu orang sekarang sudah meninggal dan dia juga bukan orang muslim. Dan ini menjadi sejarah berdirinya NU online. Jadi ini tempat ngumpulnya ulama muda,” kata As’ad yang saat itu masih menjabat sebagai Wakil Kepala BIN itu.
Dengan adanya NU online ini diharapkan jaringan komunikasi NU ini dapat saling sambung menyambung menjadi kesatuan. Kedepan dirinya meminta untuk melupan firkoh-firkoh yang dinilianya sempit.
“Karena yang dihadapi kedepan adalah islam moderat secara keseluruhan. Ada Muhamadiyah, ada juga Jamadul Asliyah, yang sama-sama Islam juga sehingga mereka harus kita ajak,” imbuhnya.