Jakarta – Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah meminta para pengelola dan pimpinan madrasah diniyah mewaspadai dampak dari guru yang cenderung intoleran dan anti kebhinnekaan. Ia mengingatkan untuk menjaga kedamaian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
”Citra madrasah diniyah yang selama ini positif dalam mendidik dan menumbuhkan ketahanan moral generasi bangsa hendaknya tidak dicederai dengan menyebarkan paham yang melawan negara lewat guru-guru yang gemar menyebar intoleransi. Saya tidak asal tuduh. Sejumlah survei menunjukkan banyak guru anti kebhinnekaan, intoleran, tidak moderat, dan ini berbahaya untuk perkembangan mental anak didik,” kata Ahmad Basarah dalam keterangannya, Jumat (23/12/2022).
Di acara Bimbingan Teknis: Peningkatan Kompetensi Pengelola Madrasah Diniyah Se-Kabupaten Malang Tahun 2022 di Malang, Jawa Timur, Kamis (22/12), Ahmad Basarah membeberkan hasil survei yang dilakukan oleh PPIM UIN Jakarta pada 2018 di kalangan guru Muslim dari tingkat TK sampai SMA/Madrasah Aliyah. Lembaga pemikir UIN Jakarta itu menemukan fakta banyak guru tidak bersikap moderat.
Dalam survei itu, 21% guru tak setuju tetangga berbeda agama boleh mengadakan acara keagamaan, 56% guru tidak setuju non-muslim mendirikan sekolah berbasis agama di sekitar mereka, 33% guru bersedia menganjurkan orang lain berperang mewujudkan negara Islam, dan 29% guru setuju berjihad di Filipina, Suriah, dan Irak.
”Jika semua pandangan itu tidak diluruskan, saya khawatir dukungan pemerintah pada ratusan ribu madrasah diniyah disalahgunakan untuk melawan negara. Siapa yang rugi? Pasti kita sebagai bangsa. Kita akan terpecah belah seperti yang dialami sejumlah negara yang tak mampu merawat kebhinnekaan mereka,” tegas Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu.
Basarah mengarahkan para pengelola madrasah diniyah untuk bersama-sama memahami tujuan nasional secara sistematis dan benar untuk apa negara ini didirikan. Salah satu caranya adalah dengan melakukan sosialisasi empat pilar MPR RI.
”Saya ingin mengutip amanat Bung Karno untuk para guru. Kata beliau, satu bangsa akan kehilangan rasa peri kemanusiaannya bila guru-guru hanya tahu mengajar, menulis dan menghitung. Hanya guru yang punya jiwa kebangunan sajalah yang dapat menurunkan kebangunan ke dalam jiwa anak,” tutur Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu.
Basarah menambahkan besarnya jumlah madrasah diniyah di seluruh Indonesia sangat potensial untuk menumbuhkan ketahanan nasional dan ideologi bangsa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, terdapat 26.129 madrasah diniyah formal dengan 334.533 guru di bawah koordinasi Kementerian Agama. Sedangkan data Kemenag 2021/2022 menyebutkan, terdapat 84.740 madrasah diniyah non formal.
”Jika potensi yang besar ini tidak dirangkul oleh negara, saya tidak tahu apa masa depan Indonesia. Nasionalisme perlu digelorakan terus-menerus sebab sangat terasa ada pihak-pihak tertentu yang sengaja menyebarkan fitnah bahwa Pancasila adalah thogut, Pancasila paham sekuler yang bertentangan dengan ajaran Islam,” tegas Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Wantimpus) GM FKPPI itu.