Paris – Wakil Ketua Umum (Waketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH
Marsudi Syuhud memberikan ceramah tentang toleransi antarumat beragama
dalam pertemuan pemuka agama bertajuk “Imagine Peace”, di Paris,
Perancis pada Selasa (24/9).
Kiai Marsudi melalui keterangan di Jakarta, Kamis menyampaikan konsep
Bhinneka Tunggal Ika, yang melalui konsep tersebut, maka persaudaraan
antarsesama umat manusia bisa terjalin, dan mewujudkan sejumlah
sifat-sifat terpuji sebagaimana yang diajarkan oleh Islam.
“Sifat-sifat yang tertanam untuk saling menghormati, saling
menghargai, saling mempercayai, saling mendukung, dan saling
melindungi, lahir dan hidup dari sifat yang sangat terpuji yang
diperintahkan oleh Allah,” kata Marsudi.
Marsudi menyebut beragam sifat tersebut merupakan bagian dari sikap
toleransi, yang memiliki dua dimensi, yaitu saling memaafkan dan
melihat kebaikan dalam suatu hal yang dilakukan oleh orang lain, serta
bertoleransi dalam artian memberikan ruang untuk bersosialisasi satu
sama lain.
“Kita hidup beragama dalam satu negara, ibarat kita hidup dalam satu
rumah besar, di dalam rumah besar itu ada dua ruangan,” jelasnya.
Marsudi melanjutkan, ruangan pertama adalah ruang publik, yang bisa
dimasuki siapa saja, termasuk di antaranya ruang bagi para pemeluk
agama bisa bekerja sama satu sama lain dalam kehidupan bermasyarakat,
ruang untuk saling menolong satu sama lain, ruang persaudaraan umat
manusia yang harus dikembangkan menjadi ruang untuk persaudaraan
bangsa.
Sementara ruang kedua, sambungnya, adalah ruang privasi, yaitu ruang
tauhid, iman dan ubudiah. Ruang ini adalah ruang yang membedakan
antara tamu dan pemilik rumah, ruang yang membedakan antara satu
entitas dengan entitas yang lain, ruang yang membedakan antara satu
agama dengan agama yang lain.
“Yang harus dipahami di sini secara mendalam adalah di ruang mana
seorang Muslim dapat bekerja sama dan hidup bersama dengan non-Muslim,
dan di ruang mana kita mempertahankan perbedaan kita,” ujarnya.
Marsudi menekankan di ruang keimanan inilah seluruh umat beragama
harus bisa menghargai perbedaan, karena di ruang inilah esensi dari
perbedaan dari ruang kehidupan untuk hidup bersama, sebagaimana yang
diperintahkan dalam Al-Quran “lakum diinukum waliyadiin” (bagimu
agamamu, bagiku agamaku).
Menurutnya, toleransi adalah bagian dari keadilan, karena itu berarti
mutual, atau saling memberi, saling menghormati, saling melindungi,
saling menyayangi, dan saling mengakui. Hal itu pula yang menghiasi
kehidupan manusia.
“Hiasan yang paling tepat dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat adalah toleransi, karena dari toleransi akan
menghasilkan kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain,” tutur
Marsudi Syuhud.