Waisak di Desa Thekelan: Harmoni, Kerukunan dan Toleransi Umat Beragama

Semarang – Toleransi dan kerukunan antarumat beragama diperlihatkan
secara nyata di  Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang, saat perayaan Tri Suci Waisak di Vihara Buddha
Bumika. Ratusan keluarga dari berbagai suku dan agama saling
bersalaman dan berpelukan di sepanjang jalan menuju Vihara Buddha
Bumika.

Tanpa memperdulikan udara  terasa dingin, senyum dan sesekali
terdengar suara tawa, ratusan umat Buddha yang berpakaian putih
bersih, setelah mengikuti ritual doa di vihara tersebut, terlihat
berdiri rapi sepanjang jalan depan vihara, menunggu warga lainnya dari
mulai anak-anak hingga orang tua dengan agama dan keyakinan berbeda
yang berdatangan.

Sapa dan salam serta keakraban terlihat ketika mereka saling
bersalaman disertai pelukan hangat antar warga berbeda keyakinan dan
agama, bahkan kebahagiaan terpancar dari wajah-wajah warga yang
bersandau-gurau diikuti ketulusan hati ketika warga beda agama dan
keyakinan itu mengucapkan selamat Hari Raya Tri Suci Waisak kepada
umat Buddha yang sedang merayakannya.

“Sudah menjadi tradisi di Dusun Thekelan ini, setiap perayaan hari
besar keagamaan apapun selalu berkumpul untuk memberikan selamat
kepada umat yang sedang merayakannya,” ujar Sugiri,45, salah seorang
warga beragama Katholik.

Hal serupa diungkapkan Syahroni, 50, warga beragam Islam yang juga
terlihat bergembira datang ke vihara untuk memberikan selamat kepada
saudara yang beragama Buddha saat perayaan Waisak ini.

“Semua warga tanpa memandang suku, agama dan kepercayaan larut dengan
kegembiraan sembari terus bersalaman mengucapkan selamat kepada umat
Buddha di hari Waisak ini,” katanya.

Syahroni mengungkapkan bahwa sudah ratusan tahun tradisi ini
berlangsung. Pun saat Idul Fitri atau Idul Adha umat berbagai agama
juga datang ke halaman masjid untuk memberikan selamat kepada umat
Islam usai salat Id. Demikian juga saat Natal seluruh warga berbagai
lintas agama juga datang ke gereja untuk menyalami dan mengucapkan
selamat kepada umat Nasrani.

Maka tidak heran ketika datang ke Dusun Thekelan berada di ketinggian
1.600 mdpl di lereng Gunung Merbabu ini, banyak bangunan ibadah dari
semua agama seperti masjid, gereja m, pura dan vihara berdiri saling
berdampingan dan warga menjalankan peribadatan sesuai agama dan
keyakinan masing-masing rukun tanpa perselisihan.

Kepala Dusun Thekelan Agus Supriyo mengungkapkan bahwa kerukunan
terjalin antar umat beragama di dusun ini menjadi kearifan lokal
warganya setiap hari besar keagamaan, sebanyak 750  warga mendiami
dusun ini mempunyai keyakinan dan agama berbeda-beda, tetapi kerukunan
terjalin sangat tinggi seperti saudara yang tidak pernah terpisahkan.

“Setiap ada hari besar keagamaan, warga tanpa memandang keyakinan dan
namanya berkumpul, saling pengucapan selamat, bahkan penuh rasa
terharu saling memaafkan sehingga sampai menangis,” ujar Agus Supriyo.

Tidak hanya warga dari dusun ini, menurut Agus Supriyo, bahkan warga
dari luar daerah juga ikut hadir untuk bersama-sama merayakan hari
besar keagamaan di dusun ini, seperti pada Waisak banyak warga dari
berbagai daerah ikut datang, bahkan ada 350 pendaki Gunung Merbabu
juga melintas menyempatkan diri untuk ikut merasakan kegembiraan
bersama warga.