Bogor – Kelompok radikal yang ada di Indonesia saat ini disebut oleh manajer riset Wahid Foundation, Aryo Ardi Nugroho didominasi oleh anak-anak muda yang cenderung memahami agama secara tekstual. Hal ini disampaikannya dalam uraian hasil survei nasional terkait intoleransi dan radikalisme di Indonesia, Senin (01/08/16).
Dikutip dari Kompas.com, Aryo menyatakan bahwa keterlibatan anak-anak muda dalam kelompok radikal merupakan fenomena urban. “”Kebanyakan kelompok radikal di Indonesia itu diisi oleh orang-orang usia muda dan laki-laki serta pemahaman agamanya cenderung tekstual, ini pun merupakan fenomena urban,” jelasnya.
Anak-anak muda yang bergabung dalam kelompok radikal kebanyakan berasal dari mereka yang telah terkena ajaran-ajaran keagamaan yang berisi kebencian dan permusuhan. Dari sana, anak-anak muda itu mulai terpapar virus intoleransi dan radikalisme.
Pada tingkatan tertentu, anak-anak muda yang telah terpengaruh oleh ajaran-ajaran kekerasan ini terlalu mudah memberikan label kafir dan sesat kepada orang lain, meskipun beragama sama, yang memiliki pemahaman berbeda. Imbas langsung dari sikap dan pola pikir ini adalah pengingkaran terhadap hak-ahak kewarganegaraan dari kelompok yang mereka sesatkan.
“Output-nya mereka pun cenderung mengingkari atau menentang pemenuhan hak kewarganegaraan kelompok yang tak mereka sukai dan mendukung tindakan serta kelompok radikal lainnya,” sambung Aryo.