Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, mengaku senang dan puas atas prestasi BNPT dan FKPT DKI yang telah secara massif melakukan sosialisasi bahaya radikalisme dan terorisme. Oleh karena itu, Pemprov DKI akan memberikan dukungan penuh dalam agenda sosialisasi yang dilakukan di sejumlah sekolah.
Hingga saat ini, di DKI Jakarta baru dilakukan sosialisasi anti radikalisme di 180 sekolah. Djarot pun berjanji pihak Pemprov tidak akan berhenti di angka 180 sekolah itu. Targetnya, semua sekolah yang ada di Ibukota akan diedukasi lewat sosialisasi ini.
Bagi Djarot target sosialisasi harus diprioritaskan bagi kalangan pelajar. Meski demikian, para guru semestinya diberikan pula sosialisasi yang sama soal bahaya terorisme ini. Karena guru adalah elemen terpenting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru pulalah yang memiliki waktu paling intens bersama para anak didiknya (murid).
Anak muda usia sekolah memang menjadi target rekrutmen kelompok teror. Hal ini adalah fakta bukan semata isapan Jempol. Berdasarkan pengamalan dan fakta lapangan para pelaku bom bunuh diri di Indonesia berusia antara 17-26 tahun. Data pelaku dan usianya itu bisa dilihat dalam sejumlah serangan bom di Jakarta, seperti bom Ritz Carlton, bom Kuningan, maupun bom JW Marriott. Di kalangan teroris para pelaku bom yang berusia muda itu disebut dengan istilah ‘calon pengantin’.
Istilah ‘calon pengantin’ adalah istilah untuk membius dan mengaburkan pemahaman. Dengan istilah ini, para pelaku bunuh diri dijanjikan akan masuk surga dan menjadi pengantin surga bersama para bidadari. Karena itu, pemahaman-pemahaman tersebut harus diluruskan!