Video Pendek Untuk Menciptakan Kedamaian Melawan Propaganda Radikal

Jakarta – Pembuatan Video Pendek Video pendek yang telah dibuat para generasi muda di 32 provinsi dalam lomba video pendek yang digelar BNPT akan digunakan sebagai sarana kontra propaganda untuk melawan propaganda radikal yang dilakukan kelompok radikal terorisme baik melalui dunia maya dan juga kawasan-kawasan strategis lain di Indonesia.

Hal tersebut dikatakan Direktur Pencegahan pada Kedeputian I BNPT, Brigjen Pol. Drs Hamidin dalam sambutannya saat membuka acara Workshop Video Pendek dengan tema “Kita Boleh Beda” yang digelar Subdit Kewaspadaan di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Selasa (22/11/2016) malam.

“Hal ini dikarenakan Dunia maya saat ini memegang peranan yang penting dalam proses radikalisasi. Mereka menyebarkan paham kebencian baik itu foto, video melalui dunia maya. Untuk itu harus kita counter dengan konten video yang positif dalam menciptakan kedamaian,” ujar Brigjen Pol Hamidin

Dirinya menceritakan pengalaman di berbagai negara saat dirinya bersama Deputi I BNPT saat melakukan tugas ke Korea beberapa waktu lalu. “Dimana iklan-iklan video pendek ini banyak dijumpai, baik itu di bandara, tempat umum lainnya bahkan di kedutaan besar Indonesia di Korea dimana ada film pendek yang menyejukkan

Tidak hanya itu, saat dirinya melakukan tugas ke Bangkok, Thailand juga menemukan iklan video pendek yang bisa menyejukkan hati pemirsanya di stasiun TV yang ada di hotel tempatnya menginap. “Isi ian itu bercerita tentang kedamaian dan kewaspadaan. Karena di Thailand juga pernah mengalami beberapa serangan terorisme pada akhir-akhir ini,” ujar Alumni Akpol ini menceritakan.

Dijelaskannya, era lalu proses radikalisasi melalui proses tatap muka, bahkan seperti dilakukan terpidana teroris yang ada di penjara dengan melakukan rekrutmen di dalam penjara terhadap terpidana lainnya bahkan juga kepada pembesuk terpidana tersebut.

“Yang mampu melakukan hal tersebut adalah kelompok-kelompok yang dulu tergabung dalam gerakan Jamaah Islamiyah (JI). Ada proses seleksi, identifikasi lalu diajarkan ajaran-ajaran lalu diajak berjihad,” ujar mantan Kapolres Metro Jakarta Pusat dan Tangerang ini

Tapi saat ini menurutnya, model perekrutan sudah beda. Orang-orang kelompok radikal saat ini dalam melakukan perekrutan bisa melalui dunia maya. “Bahkan baiat sekarang tidak perlu tatap muka, cukup melalui dunia maya,” ujar mantan Kaden Penindakan Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri ini.

Seperti kejadian di Medan anak usia belasan, dimana mereka tahu alamat website, contact chatting kelompok radikal. “Dia belajar sendiri. Nah seperti inilah yang kita lawan dengan pembuatan video pendek yang mengajak pesan kedamaian untuk tidak melakukan kekerasan dan sebagainya,” ujarnya.

Untuk itu dirinya berpesan dengan kegiatan ini diharapkan para peserta 10 nominasi pemenang video pendek dari 10 provinsi ini akan semakin memiliki dan menumbuhkan komitmen kebersamaan untuk mencegah dan melawan segala bentuk paham dan tindakan radikal-terorisme melalui dunia media visual.

“Yang pasti diharapkan dapat a menumbuhkan persatuan, komitmen untuk bersama-sama menjaga keutuhan nasional NKRI dan Negara Pancasila sebagaimana yang tertuang dalam Konstitusi UUD 1945,” ujarnya mengakhiri.