Christchurch – Pelaku penembakan Masjid di Christchurch, Selandia Baru, Brenton Tarrant, menuai kontroversi baru di masyarakat. Publik silang pendapat tentang apakah video interogasi pelaku oleh lembaga negara mesti disiarkan atau tidak.
Saksi insiden Christchurch, Yama Nabi tak ingin interogasi pelaku muncul lagi. Dia merasa trauma dengan insiden yang menewaskan 51 orang pada 15 Maret di Masjid Al Noor itu. Yama selamat karena telat tiba di Masjid untuk beribadah. Ia tak termasuk korban dari peluru yang ditembakkan membabi buta. Namun ayahnya, Haji-Daoud Nabi tewas dalam insiden tersebut.
Yama menganggap video interogasi pelaku sebaiknya diberikan hanya pada keluarga dan korban insiden itu. Ia tak ingin video tersebut tersebar karena takut ada yang terinspirasi melakukan hal serupa.
“Kami tak ingin ada kekerasan lagi di negara mana pun entah Anda Hindu, Muslim atau Yahudi. Anda tahu, kami tak ingin hal ini terjadi di mana pun,” kata Yama dilansir dari Radio New Zealand, Selasa (30/6/2020).
Di sisi lain, saksi lainnya sekaligus korban selamat Feroze Ditta menganggap video interogasi pantas disiarkan. Sekjen Asosiasi Musim Canterbury itu selamat karena berada di bawah tumpukan korban tewas.
“Akan sangat bagus mengetahui apa yang memotivasinya. Kenapa dan siapa di belakangnya, dari sana kita paham apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana dia melakukannya,” ujar Ditta.
Pendapat Ditta didukung oleh anggota komunitas Muslim Christchurch, Tony Green. Menurutnya, tragedi itu perlu dipahami agar tak terulang lagi.
“Ada situasi dimana hidup Selandia Baru menyenangkan dan kejadian ini mestinya tak merusak tatanan masyarakat. Tapi sayangnya kebencian muncul serius disini,” keluh Green.