Jakarta – Mantan pemimpin kelompok radikal Jamaah Islamiyah (JI) wilayah Autralia, ustad Abdulrahman Ayyub mengungkapkan kekeluhkesahan dirinya yang tidak dapat pergi keluar negeri untuk melakukan ibadah umroh. Hal tersebut dikarenakan masih ada kekhawatiran dari pihak luar negeri atas riwayat terhadap dirinya yang pernah menjadi jaringan kelompok tersebut.
Hal tersebut diungkapkan Abdulrahman Ayyub dalam acara FGD tentang Perkembangan Penanggulangan Terorisme yang Menggunakan unsur KBRN yang digunakan kelompok ISIS serta Ancaman terhadap NKRI yang digelar Direktorat Pembinaan Kemampuan Kedeputian II Bdan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Hotel Borobudur Jakarta, Jumat (11/12/2015).
“Saya sendiri sudah 2 tahun ini punya paspor, tapi saya tidak bisa keluar negeri untuk menunaikan ibadah umrah. Bikin paspornya sih mudah, tapi mau keluar (negeri)-nya tidak bisa,” ujar Abdulrahman Ayyub mengungkapkan keluh kesahnya.
Dikatakannya, sejak sebelum memiliki paspor dirinya sudah berniat untuk menunaikan ibadah umroh. Bahkan rekan-rekannya pun sudah banyak yang ingin mengajaknya untuk menunaikan ibadah umroh.
“Karena waktu menjadi anggota Jamaah Islamiyah haji itu nomor dua, yang pertama jihad. Ya sudah saat itu saya berangkat jihad yang akhirnya tidak pergi haji. Di kampung saja, saya sudah dipanggil haji. Gimana mau jadi haji lha umroh saja belum padahal teman yang ngajak banyak,” ujarnya sambil disambut tawa para hadirin.
Dirinya mengatakan bahwa orang mantan anggota jaringan teroris seperti dirinya dimata dunia internasional masih belum bisa dianggap ramah, karena masih dicurigai dan dianggap rawan untuk pergi keluar negeri.
“Bahkan saya juga pernah bilang ke Kepala BNPT untuk dapat difasilitasi bukan masalah dana. Tapi bagaimana saya bisa keluar (negeri) untuk umroh. Entah itu mau dikawal polisi luar ngeri dan juga mungkin dari BNPT siapa yang mau mendampingi atau bagaimana,” ujarnya.
Hal ini menurutnya untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar keluar negeri untuk melakukan ibadah umroh bukan malah dicurigai akan bergabung dengan kelompok ISIS atau sebagainya.
“Kalau misalnya nantisaya sudah diluar negeri lalu membelot atau lari ke Suriah mau bergabung ISIS kan tinggal ditembak saja kan enak. Daripada repot ditangkap dan dibina lagi, ya kan enak juga buat aparat keamanan langsung tembak saja saya,” ujarnya disambut tawa lagi.
Karena menurut alumni Akademi Militer Mujahidin di Afganistan ini,, orang kalau sudah mampu untuk menunaikan ibadah umroh atau pergi haji nantinya juga pasti akan ditanya oleh Allah sebagai pertanggung jawaban manusia muslim bagi yang mampu.
“Dan itu merupakan keinginan setiap individu muslim. Seperti rekan saya ini Toni Togar yang juga mantan anggota teroris juga mengajak saya umroh. Ya saya jawab saja, saya yang tidak pernah dipenjara saja tidak bisa pergi apalagi anda yang pernah masuh penjara,” ujarnya disambut tawa lagi.
Tidak hanya itu, Ayyub juga menyoroti rekan seperjuangannya, Nassir Abbas yang juga sudah mengabdikan dirinya kepada NKRI tapi masih bersatatus sebagai Warga Negara Malaysia.
“Saya juga berharap saudara Nassir Abbas ini juga dibantu untuk bisa punya Passpor karena dia juga sudah bersama-sama BNPT dalam melakukan pencegahan paham radikal terorisme di masyarakat,” katanya.
Untuk itu dirinya berharap BNPT bisa memfasilitasi kepada yang berwenang untuk dapat merehabilitasi nama-nama mantan anggota terorisme yang sudah kembali ke NKRI ini. “Kita saling percaya saja. Apalagi Indonesia di mata dunia sangat diakui dalam hal pemberatasan dan pencegahan paham terorisme,” ujarnya.
Seperti diketahui selain dihadiri Direktur Pembinaan Kemampuan BNPT Brigjen Pol Drs. Rudy Sufahriadi ini, acara FGD ini dihadiri mantan anggota jaringan teroris lainnya seperti ust. Ghazali, Toni Togar, Abu Tholud.
Acara tersebut bertujuan meadapakan masukan dan pendapat dari mantan anggota terorisme yang sudah menjalani masa pembinaan di lapas mengenai bagaimana upaya pembinaan para napi dan pencegahan terhadap paham radikal terorisme dan berbagai kendala yang dihadapi.