Jakarta – Universitas Semarang (USM) aktif mengimplementasikan metode
pencegahan radikalisme, terorisme, dan kekerasan di lingkungan kampus.
Hal itu dikatakan Rektor USM Dr. Supari MT saat sebagai narasumber
dalam Podcast Kafe Toleransi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
Republik Indonesia (BNPT RI). Dialog bertemakan “Mewaspadai Bahaya
Paham Radikalisme Di Lingkungan Kampus” di Jakarta, Senin
(27/11/2023).
“Kampus ini memiliki berbagai metode pencegahan, termasuk kampanye
menolak radikalisme, kekerasan, dan terorisme,” kata Supari.
Supari mengungkapkan bahwa kampusnya baru mendapatkan Rekor MURI saat
menghadirkan 20 mantan narapidana teroris dalam sebuah kegiatan yang
dihadiri oleh Kepala BNPT. Menurutnya, proses mendapatkan mitra dalam
deradikalisasi tidak mudah dan memerlukan konsistensi.
Selain itu, kampus ini terus mendorong gerakan-gerakan untuk menangkal
aktivitas radikalisme dan memastikan tidak ada paham tersebut yang
merasuk di antara mahasiswa, dosen, atau pegawai kampus.
Dia menekankan pentingnya peran kampus sebagai institusi terdepan
dalam menolak radikalisme, terorisme, kekerasan, serta penyalahgunaan
media sosial yang dapat mengarah pada paham tersebut.
Rektor menyoroti metode-metode yang telah diimplementasikan, seperti
peminjaman buku, pencarian solusi tepat, dan berbagai diskusi
antarmahasiswa untuk memotivasi dan mengedukasi. USM juga berkomitmen
untuk menjaga kedamaian, harmoni, dan kesatuan, memotivasi seluruh
warga kampus untuk fokus pada pengembangan diri dan berkontribusi pada
kemajuan Indonesia.
“Sangat penting untuk menjaga kewaspadaan terhadap gejala radikalisme,
dan ketika muncul tanda-tanda tersebut, kita segera mengambil
tindakan,” imbuhnya.
Untuk mencapai hal ini, tegasnya, diperlukan diskusi yang
berkelanjutan, karena pemahaman yang berbeda dapat menghasilkan
tindakan yang berbeda pula. Dan pemahaman yang salah dapat menjadi
bahaya.