Untuk Bendung Radikalisme, Praktisi Pendidikan Dukung Presiden Tentukan Rektor PTN

Jakarta- Praktisi pendidikan Dr Emrus Sihombing mendukung Presiden Joko Widodo mengambil bagian dalam menentukan sosok yang bakal menjadi rektor perguruan tinggi negeri (PTN). Langkah ini dinilainya tepat untuk menyelamatkan para calon intelektual dari pengaruh paham radikal.

“Saya sangat mendukung langkah itu demi tegaknya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 di Tanah Air. Langkah Presiden Djoko Widodo itu jangan disalahtafsirkan. Saya siap membeberkan alasan-alasan itu kalau ada pihak yang ingin membuka ruang untuk mendiskusikan hal ini dalam forum resmi,” kata dosen pascasarjana Universitas Pelita Harapan itu kepada Damailahindonesiaku.com, Senin (5/6/2017).

Direktur EmrusCorner itu memang mengakui harus diberikan ruang kebebasan berekspresi di perguruan tinggi. Namun harus disadari pula, ada koridor yang harus dipatuhi dalam melaksanakan kebebasan demi tegaknya NKRI.

“Saya pikir Kepala Negara harus menggunakan haknya yang memiliki suara 35 persen dalam menentukan memilih pimpinan perguruan tinggi negeri. Hak pemerintah yang 35 persen itu sudah ada aturannya sebelum Pak Djoko Widodo menjabat Presiden, jadi sebaiknya digunakan saja dalam menentukan pimpinan PTN,” katanya.

Emrus juga mengingatkan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi harus mampu membaca sinyal dari Presiden serta situasi nasional saat ini yang diterpa berbagai masalah.

Menristekdikti M Nasir seusai acara pembukaan Pekan Olahraga Seni Madrasah (Porsema) NU X Tahun 2017 LP Ma’arif NU Cabang Demak di Alun-alun Demak, Minggu (12/3/2017) mengakui bahwa institusi perguruan tinggi, baik itu perguruan tinggi umum maupun agama, memang kerap menjadi sasaran gerakan radikalisme.

“Mahasiswa acap kali mudah tersulut emosi dan terpengaruh oleh pemikiran pemikiran baru. Karena itu, sebagai kaum intelektual, mahasiswa perlu kita bentengi dari pengaruh-pengaruh sesat,” katanya.

Menurut Nasir, salah satu upaya membentengi kampus dari paham radikalisme adalah dengan melakukan Gerakan Kampus Nusantara Mengaji. Gerakan ini, lanjut Nasir, merupakan bagian dari revolusi mental dan solusi mengatasi penyebaran radikalisme di lingkungan kampus.

Peluncuran Gerakan Kampus Nusantara Mengaji di 40 Perguruan Tinggi Negeri seluruh Indonesia dilaksanakan pada Jumat (10/3/2017) lalu di Universitas Sebelas Maret, Solo, Jawa Tengah.