Unesa Rintis Desa Pancasila, Lawan Intoleransi dari Akar Rumput

Sidoarjo – Di tengah meningkatnya kekhawatiran akan potensi
intoleransi di tingkat lokal, Universitas Negeri Surabaya (Unesa)
mengambil langkah konkret dengan meluncurkan program “Pengabdian
kepada Masyarakat (PKM) Tujuh Rintisan Desa Pancasila”. Inisiatif ini
dimulai di Balai Desa Watutulis, Kecamatan Prambon, Sidoarjo, pada
Minggu (1/6/2025), sebagai bentuk komitmen memperkuat nilai-nilai
kebangsaan langsung dari akar masyarakat.

Program yang digagas oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat (LPPM) Unesa ini menyasar desa-desa dengan keragaman tinggi
dan potensi gesekan sosial. Wakil Rektor Unesa, Bambang Sigit Widodo,
menekankan pentingnya menanamkan Pancasila bukan sekadar sebagai
wacana, tapi sebagai nilai hidup yang tumbuh di tengah masyarakat.

“Kalau desa kuat, Indonesia akan kuat. Nilai Pancasila harus hidup
dari akar rumput, bukan sekadar jargon,” ujarnya dalam sambutan
pembukaan.

PKM ini tidak hanya menyentuh sisi edukasi, tetapi juga merancang
kegiatan partisipatif yang membangkitkan semangat kebersamaan warga.
Kegiatan pembuka diisi dengan senam kebangsaan, permainan interaktif
bertema nasionalisme, hingga penampilan seni tradisional yang
menghidupkan suasana. Dari menyusun potongan UUD 1945 hingga kuis
seputar Pancasila, warga diajak memahami ideologi bangsa dengan cara
yang menyenangkan dan membumi.

“Game-nya seru dan menambah wawasan. Saya jadi tahu pentingnya
Pancasila di kehidupan sehari-hari,” kata Winarti, warga Desa
Watutulis, dengan semangat.

Ketua program, Jauhar Wahyuni, menjelaskan bahwa lokasi dipilih secara
selektif berdasarkan keberagaman dan tantangan sosial yang ada. Tujuan
akhirnya adalah memperkuat karakter kebangsaan masyarakat berbasis
kearifan lokal, agar nilai toleransi dan gotong royong tidak luntur di
tengah derasnya pengaruh global.

Puncak kegiatan diisi dengan talkshow bertema “Pembekalan Kewaspadaan
Sosial sebagai Penguatan Asta Cita dan Karakter Pancasila” bersama
narasumber Iman Pasu Purba, yang menggugah kesadaran warga tentang
pentingnya kesiapsiagaan sosial sebagai fondasi kebangsaan.

Program ini akan menyambangi tujuh desa yang tersebar di Sidoarjo,
Gresik, Lamongan, Mojokerto, Ngawi (dua desa), dan Magetan. Setiap
desa menjadi semacam laboratorium hidup tempat nilai-nilai Pancasila
diuji, dipraktikkan, dan dikuatkan.

Dengan pendekatan akar rumput yang menyentuh langsung kehidupan warga,
Unesa mengirim pesan jelas: menjaga Pancasila bukan tugas pemerintah
pusat semata, tapi tanggung jawab kolektif yang harus dimulai dari
desa-desa. Di tengah dinamika sosial yang kian kompleks, program ini
tidak hanya relevan, tetapi juga patut ditiru secara nasional.