Surabaya – Universitas Negeri Surabaya (Unesa) berkolaborasi dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Timur menggelar pagelaran wayang kulit dengan lakon “Baladewa Mbangun Praja” di Halaman Rektorat Kampus 2 Unesa, Jumat (26/9/2025).
Pagelaran ini tidak sekadar pertunjukan seni, melainkan menjadi medium strategis untuk melestarikan budaya tradisional sekaligus menanamkan nilai kebangsaan pada mahasiswa di tengah derasnya arus digitalisasi yang kerap mengikis perhatian generasi muda terhadap warisan leluhur.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Kemahasiswaan, dan Alumni Unesa, Martadi, menegaskan bahwa seni budaya tradisional seperti wayang tidak boleh hanya dipandang sebagai hiburan. Lebih dari itu, wayang merupakan tuntunan yang sarat nilai, yang bisa menjadi sarana efektif dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air.
“Pagelaran ini adalah wujud konservasi, pelestarian, sekaligus dinamisasi. Seni budaya tradisional harus kita kenalkan ke anak-anak muda dan mahasiswa agar tetap hidup dan berkembang,” ujar Martadi.
Sinergi ini juga selaras dengan fokus Bakesbangpol Jatim yang berupaya membangun kesadaran kebangsaan melalui pendekatan budaya lokal. Kepala Bakesbangpol Jatim, Eddy Supriyanto, menilai pagelaran wayang kulit sebagai langkah strategis untuk menjangkau generasi Z yang lebih akrab dengan gawai dan media sosial.
“Tugas kami adalah menyosialisasikan wawasan kebangsaan, memperkuat kerukunan, mencegah radikalisme, sekaligus mengingatkan bahaya narkoba. Tantangannya, generasi muda lebih sibuk di dunia digital. Karena itu, wayang bisa jadi media tepat untuk menyampaikan pesan moral dan kebangsaan,” jelas Eddy.
Dalam kesempatan itu, dalang Ki Cahyo Kuntadi menampilkan lakon Baladewa Mbangun Praja yang sarat pesan kepemimpinan dan tanggung jawab. Kisah ini dipilih karena relevan dengan upaya membangun karakter mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa.
Bagi Unesa, kegiatan ini juga menjadi bagian dari perayaan Dies Natalis ke-61 sekaligus penegasan bahwa kampus bukan hanya pusat ilmu pengetahuan, tetapi juga ruang untuk merawat kearifan lokal dan memperkuat identitas kebangsaan. Dengan demikian, pagelaran wayang kulit ini bukan hanya pelestarian budaya adiluhung, melainkan juga ikhtiar kolektif Unesa dan Bakesbangpol Jatim untuk memastikan nilai persatuan, toleransi, dan nasionalisme tetap melekat pada generasi muda Indonesia.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!