Jakarta – Umat muslim harus bisa mengubah mindset (cara pandang) dalam menyikapi kondisi bangsa akhir-akhir ini. Karena itu, umat muslim wajib melakukan instropeksi diri dan terus berpegang pada teladan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW agar tidak salah jalan, khususnya dalam mencegah ancaman paham radikal terorisme.
“Nabi Muhammad SAW lahir sebagai pemimpin dan membawa contoh teladan berupa pelajaran besar dalam kehidupan umat manusia. Jadi siapa saja yang telah mendeklarasikan diri sebagai umat Muhammad, wajib mengikuti teladan beliau, terutama menjalankan kebaikan yang telah diajarkan dan menjauhi larangannya. Itu penting karena akhir-akhir ini umat muslim menghadapi banyak cobaan dalam mengawal persatuan dan kesatuan NKRI,” jelas Prof. Dr. Yusny Saby, MA, PhD, Guru Besar dan peneliti Pusat Penelitian & Pengkajian Kebudayaan Islam UIN Ar-raniry Banda Aceh saat dihubungi, Jumat (16/12/2016).
Seperti diketahui, umat muslim Indonesia tengah diuji akibat kasus penistaan agama dalam Pemilihan Gubernur DKI yang melahirkan beberapa kali aksi bela Islam. Ironisnya, aksi-aksi itu sangat rawan dengan ancaman disintegrasi bangsa, dan juga potensial ditunggangi kelompok radikal terorisme untuk melakukan aksi di Indonesia. Terbukti beberapa waktu kemarin, upaya kelompok teroris yang ingin membom Istana Negara, berhasil digagalkan kepolisian. Aksi itu menyusul aksi terorisme serupa yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini seperti teror bom gereja di Samarinda, teror lone wolf penyerangan petugas polisi di Tangerang, bom Mapolresta Solo, dan bom gereja di Medan.
Menurut Prof. Yusny Saby, rentetan peristiwa itu menandakan umat sudah mulai ada yang melenceng dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Hal itu harus segera disadari dan segera kembali ke ajaran islam rahmatan lil alamin. Dan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1438 Hijriah kemarin seharusnya bisa dijadikan momentum untuk melakukan koreksi diri dan kembali ke jalan islam.
“Sudahkah kita menjadi aset kebaikan baik di keluarga dan lingkungan? Jangan-jangan di keluarga tidak, apalagi di lingkungan yang lebih luas. Ini yang harus dikoreksi. Aset kebaikan perlu ditunjukkan agar memberi manfaat pada lingkungan. Ini menjadi tugas guru, pemimpin keluarga, pemimpin umat, pemimpin adat, juga pemimpin negara, baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif,” terang Prof. Yusny.
Menurut Ketua FKPT Aceh ini, guru, pemimpin keluarga, pemimpin umat, pemimpin adat, juga pemimpin negara, mempunyai tanggung jaawab untuk mengingatkan bila ada masyarakat yang melakukan penyelewengan baik itu akidah maupun ideologi. Untuk itu sudah ada indeks dan protap yang harus diikuti, utamanya penyelewangan karena yang bersangkutan menjadi radikal dan teroris. Penanganan masalah ini wajib ada dalam sistem negara Indonesia dalam menjaga keutuhan NKRI.
Ia mengungkapkan, pemerintah dengan berbagai bentuk lembaga di pusat dan daerah, juga harus bisa bersikap bijak dan arif dalam memahami masyarakat lokal dengan pendekatan menggunakan kearifan lokal. Itu penting untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi gesekan antara suku A dengan suku B, agama A dengan agama B.
“Semua harus diberi pemahaman dan kesadaran bahwa bangsa Indonesia menghargai perbedaan. Bagi umat muslim, harus ditekankan bahwa teladan Nabi Muhammad SAW dalam menyikapi perbedaan harus diterapkan dalam mengamalkan ajarannya yaitu islam damai, islam yang indah, dan islam yang menghargai perbedaan,” terang Prof Yusny.
Dalam pendidikan agama, lanjut Prof Yusny, ada hal pokok yang harus dipegang yaitu untuk mendidik peduli, hormat, respek, disiplin, dan saling menghormati. Ajaran budi pekerti itulah yang menjadi inti ajaran agama. Dalam agama tidak ada dendam, sementara nafsu dan kebencian itu sebenarnya adalah ideologi.
“Seharusnya bila kita ingin mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW, kalau ada orang yang salah dan sesat, harus kita kasihani dan bimbing, bukan langsung dikutuk. Ideologi kebencian, dendam, bahkan sampai membunuh, menculik, itu naudzubillahimindaliq. Itu bukan ajaran islam. Itu hanya ideologi seseorang, ideologi kelompok kecil dari orang tertentu dan negara tertentu,” pungkas Prof. Dr. Yusny Saby.