Indonesia dengan populasi umat Islam terbanyak akan menjadi tuan rumah perhelatan olahraga terakbar di Asia. Asian Games ke 18 akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang pada tanggal 18 Agustus – 2 September 2018. Apa yang harus dilakukan bangsa ini sebagai tuan rumah dalam menjamu tamu? Penerimaan dan penyambutan yang santun dan ramah akan menunjukkan tidak hanya sebagai bangsa yang baik dab bermartabat, tetapi juga citra Islam yang ramah. Bagaimana kita harus menyambut tamu dengan perbedaan budaya, keyakinan, suku, bahasa dan etnis?
Suatu ketika Nabi Ibrahim As menerima tamu yang tak dikenalnya, lalu tamu itu menyampaikan salam kepada Nabi Ibrahim “Salamun”. Nabi Ibrhaim pun menjawa keselamatan atasmu “Salamon” dan kalian adalah orang-orang yang tak dikenal. Lalu Nabi Ibrahim segera menemui keluarganya. Setelah beberapa saat, Ia kembali menemani tamunya dan menghidangkan makanan lezat, lalu Ibrahim As mengatakan kepada mereka “nikmatilah makanan ini”.
Kisah singkat ini dapat ditemukan dalam Surah Azzariyat yang menceritakan bagaimana Nabi Ibrhahim As menghormati setiap tamunya hingga orang yang tak dikenal sekalipun. Tamu dari latarbelakang apapun dihormatinya secara ikhlas bagai tamu yang mereka kenal sudan lama. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa ternyata tamu yang tak dikenal itu adalah para Malaikat yang mengunjungi Ibrahim As.
Rasulullah Saw juga menekankan betapa pentingnya seorang muslim menghormati tamunya bahkan secara tegas dalam Islam penghormatan terhadap tamu menjadi salah satu perwujudan keimanan. Nabi bersabda “tidak seorang pun dikatakan beriman kepada Allah dan hari kemudian kecuali ia menghormati tamunya”.
Rasulullah sendiri pernah suatu ketika secara tidak langsung memberikan teladan langsung dan kongkrit kepada seorang sahabatnya betapa kedatangan seorang tamu merupakan sebuah berkah. Dalam suatu riwayat Rasulullah Saw mendatangi seorang sahabatnya, karena istri sahabat itu protes kepada Rasulullah atas sikap suaminya yang senang mengumpulkan teman dan sahabat di rumahnya. Lalu secara tiba-tiba Rasulullah Saw datang ke rumah itu. Ketika Rasulullah hendak meminta izin untuk pergi, ia meminta ke sahabatnya agar suaminya memperhatikan Rasulullah saat keluar dari rumahnya. Istrinyapun berdiri di depan pintu sambil memperhatikan langkah Rasulullah Saw saat meninggalkan rumahnya.
Alangkah kagetnya ketika ia menyaksikan sebuah pemandangan yang mengerikan di mana ia melihat binatang-binatang buas ular, kalajengking dan lain-lain sebagainya mengikuti langkah Rasulullah Saw keluar meninggalkan rumah. Lalu istri tersebut berteriak dan ketakutan apa yang dia saksikan. Lalu Rasulullah mendekati suami dan istri sahabatnya itu dan menyampaikan bahwa demikianlah jika seorang tamu datang berkunjung ke rumah maka ia membawa rezeki dan demikian pula ketika ia meninggalkan rumahnya maka segala musibah yang akan terjadi pada diri kalian akan pergi meninggalkan rumah anda sebagaimana tamu meninggalkan rumah anda.
Menghormati dan melayani serta melindungi tamu dalam ajaran Islam merupakan suatu kewajiban tanpa harus memperhatikan latarbelakang suku, agama, bangsa dan etnis. Suatu kewajiban yang sudah melekat bagi setiap umat Islam untuk menghormati tamunya apalagi jika tamu itu datang dari negeri yang jauh. Rasulullah Saw begitu baik menerima tamunya dengan tulus dan ikhlas menyambut bahkan memuliakannya.
Suatu ketika Rasulullah menerima tamu dari Bani Abdul Qais. Beliau bersabda kepada mereka “wahai para utusan selamat datang tanpa akan kecewa dan menyesal” (HR. Bukhari dan Muslim). Demikian pula kepada kerabat-kerabatnya termasuk anak-anaknya, Rasulullah selalu mengucapkan kepada mereka “selamat datang wahai sahabatku atau selamat datang wahai putriku”.
Seseorang yang menerima tamu harus memberikan pelayanan yang baik, menyediakan tempat yang layak, membuat mereka nyaman dan damai dan menyediakan mereka makanan dan minuman serta menyambutnya dengan penuh kehangatan. Hal ini sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Saw kepada sahabat-sahabat dan tamu-tamu asingnya baik yang datang secara kekeluargaan maupun yang datang karena kenegaraan.
Memuliakan tamu bukan saja dalam konteks kekeluargaan atau persahabatan, tetapi dalam konteks kenegaraan juga berlaku perintah memuliakan tamu. Bahkan dalam konteks kenegaraan lebih ketat lagi karena tuan rumah harus memberikan jaminan keamanan atas berbagai ancaman yang dihadapi setiap tamu. Dulu dan sampai sekarang berlaku hal itu bahwa setiap tamu yang datang dari negeri apakah itu negeri sahabat atau negeri yang bukan sahabat, maka yang menjadi perhatian utama adalah keamanan para tamu itu karena mengancam keamanan mereka sama halnya menyalakan api perang karena itu. Rasulullah juga menegaskan betapa pentingnya memberikan pengamanan orang-orang yang tidak seiman tapi berada dalam lingkungan kita.
Tamu-tamu Asian Games yang berdatangan dari berbagai negara merupakan tamu setiap bangsa Indonesia baik yang muslim maupun yang non-muslim. Sebagai tuan rumah bangsa ini memiliki kewajiban menghormati, memuliaka dan melindungi kontingen dari berbagai macam ancaman, sehingga mereka memperoleh kesan positif terhadap bangsa dan negara kita Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim.
Oleh karena itu, Saatnya umat Islam Indonesia bangga menjadi tuan rumah kegiatan besar ini dengan menunjukkan perilaku dan sikap santun, ramah dan hormat yang membuat mereka nyaman di Indonesia dan positif melihat citra Islam.