Umat Beragama Diajak Jaga Kerukunan dan Saling Menghargai Privasi Agama Lain

Jakarta – Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU)
mengajak umat Islam dan umat beragama lain di Indonesia selalu menjaga
kerukunan dan saling menghargai privasi umat masing-masing umat
beragama dalam menjalankan ibadahnya.

Ajakan itu disampaikan oleh Ketua LD PBNU KH Abdullah Syamsul Arifin
(Gus Aab) menanggapi penggerebekan warga kepada mahasiswa Katoli yang
sedang ibadah rosario di Pamulang, Minggu (5/5/2024). Menurut dia,
semua pihak harus saling menghargai ketika terjun di tengah-tengah
masyarakat agar kasus seperti itu tidak terulang lagi.

“Untuk menjaga kerukunan antarumat bergama bahkan internal umat
beragama, kita harus menghargai apa yang menjadi hak privasi orang
lain, di samping kita menjunjung tinggi hak privasi kita,” ujar Gus
Aab dikutip dari Republika.co.id, Jumat (10/5/2024).

Dia mengatakan, bentrokan umat beragama di Indonesia tidak boleh
terjadi hanya karena mementingkan diri sendiri.

“Tidak boleh terjadi benturan dengan apa yang selama ini sudah dijaga
dan dipedomani untuk menunjang kondusivitas. Itu yang lebih utama
daripada sekadar mengejar fadhilah ibadah dengan caranya sendiri, yang
ia yakini di situ ada keutamaan tapi menimbulkan gangguan dan konflik
sosial,” ucap Gus Aab.

Jika bentrokan seperti itu terjadi, menurut dia, maka masyarakat
Indonesia, khususnya umat Islam tidak lulus dalam mengamalkan empat
kesalehan yang terdapat dalam Alquran.

“Berarti dia tidak lulus dalam empat kesalehan. Dia mampu mencapai
kesalehan ritual versi dirinya tapi dia tidak mampu menjaga kesalehan
sosial bahkan dia merusak tatanan yang ada di tengah masyarakat,” kata
Gus Aab.

Dia menjelaskan, di dalam Alquran terdapat empat kesalehan yang selama
ini jarang disebut. Dalam surat Al Qashah ayat 77, Allah SWT
berfirman:

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا
تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ
إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا
يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Berdasarkan ayat tersebut, kata Gus Aab, terdapat empat keselehan
dalam Islam. Pertama, yaitu kesalehan ritual terkait dengan hubungan
manusia dengan Allah. Kedua, kesalehan individual terkait hubungan
manusia dengan dirinya sendiri.

Yang ketiga, kesalehan sosial hubungan manusia dengan orang lain.
Sedangkan yang keempat adalah kesalehan natural, yakni hubungan
manusia dengan lingkungan dan alam.

“Memang secara dhahir ayat itu menegaskan agar jangan membuat
kerusakan di muka bumi. Tetapi ada pengertian metaforanya, jangan
membuat kerusakan itu adalah jangan menciptakan ketegangan-ketegangan
sosial di tengah tatanan masyarakat yang sudah kondusif,” jelas Gus
Aab.

Di Indonesia sendiri, menurut dia, sudah ada peribahasa yang sangat
populer yaitu “Di Mana Bumi Dipijak Di Situ Langit Dijunjung Tinggi”.
Karena itu, dia mengimbau kepada para pendatang untuk selalu
menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.

“Kita harus mengadaptasikan diri dengan satu lingkungan, jangan
membuat keresahan-keresahan sosial yang di situ akibat dari apa yang
kita lakukan,” tandas Gus Aab