Jakarta – Eks narapindana terorisme (napiter) Hisyam alias Umar Patek mendapatkan bebas bersyarat awal bulan Desember. Umar Patek adalah salah satu otak Bom Bali dan kepalanya pernah dihargai miliaran rupiah oleh pemerintah Amerika Serikat. Kini, ia telah sembuh dari ideology terorisme setelah dapat ilmu moderasi dan mengikuti program deradikalisasi selama menghuni Lapas Kelas 1 Surabaya di Porong.
Hal itu diungkapkan, eks napiter lainnya yang kini memimpin Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) Ali Fauzi. Ia menyebut Umar mengalami proses perubahan sejak ditahan pada 2012 hingga dibebaskan pada 2022 ini. Menurutnya, selama di lembaga pemasyarakatan, Umar banyak mendapatkan ilmu-ilmu terkait moderasi keagamaan. Umar juga mendapatkan program deradikalisasi.
“Itu yang kemudian menjadikan Umar Patek seperti saat ini. Menjadi Umar Patek yang baru,” kata Ali akhir pekan kemarin.
Faktor lainnya yang sangat signifikan yang membuat Umar Patek ‘sembuh’, kata Ali Fauzi, adalah perlakuan humanis selama di lapas. Ia berpendapat dengan perlakuan humanis itu, Umar sadar bahwa nilai-nilai yang diajarkan oleh Jemaah Islamiyah (JI) tidak semuanya benar.
“Itu yang membuat dia melakukan perenungan. Perlakuan halus itu yang membuat Umar Patek berpikir,” tuturnya.
Ali Fauzi dalah adik kandung tiga bomber Bom Bali Amrozi, Ali Gufron dan Ali Imron. Ia menilai proses perubahan Umar tidak sulit. Sebab, sejak awal Umar tidak setuju dengan aksi bom Bali. Namun, Umar saat itu tidak bisa membantah.
“Karena status Umar Patek saat itu bawahan, mau enggak mau dia mengikuti perintah senior. Dalam tradisi Jemaah Islamiyah, menolak itu hampir tidak ditemukan,” ucap dia.
Ali memastikan Umar saat ini sudah tidak lagi radikal. Dia menyebut dalam darah Umar Patek sudah kembali mengalir NKRI. Ali bahkan berani bertaruh, jika Umar Patek kembali ke jalan terorisme, dia bersedia untuk ditangkap dan ditahan Lapas Kelas l Surabaya di Porong.
“Pada pengamatan saya keringat dan darahnya sudah NKRI. Saya siap menjaminkan diri saya, kalau Umar ‘nakal’ lagi, saya masuk sel di Porong. Itu karena saya beranggapan sudah sembuh 100 persen,” katanya.