Umar Patek, dari Teroris Kelas Wahid kini Jualan Kopi

Surabaya  – Umar Patek alias Hisyam bin Alizein dikenal sebagai
gembong teroris yang kepalanya pernah dihargai miliaran rupiah oleh
Amerika Serikat. Setelah melanglang buana sampai Afghanistan dan
Filipina, Umar Patek ditangkap Densus 88 karena terlibat Bom Bali.
Tahun 2022, Umar Patek bebas bersyarat setelah belasan tahun mendekat
di Lapas Kelas 1A Porong. Kini setelah bebas Umar Patek memilih jualan
kopi, selain membantu pemerintah dalam program deradikalisasi.

Umar Patek  meluncurkan bisnis kopi bernama ‘Ramu Kopi’ di Surabaya,
Jawa Timur. Usai dibebaskan pada 2022, Patek pun kembali ke tengah
masyarakat. Saat ini dia tinggal bersama istrinya Ruqayyah Husein di
Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.

Pria yang memiliki nama asli Hisyam bin Alizein ini pun menceritakan
kisahnya merintis bisnis kopi dengan dukungan seorang dokter cum
pengusaha di Surabaya, drg David Andreasmito.

“Pertama, Ramu ini kalau dibalik jadi ‘Umar’. Kedua, Umar dulu meramu
bom, sekarang meramu kopi,” kata Patek saat soft launching Ramu Kopi
di Surabaya, Rabu (16/10/2024).

Patek menceritakan pertemuan dengan sang dokter terjadi bulan setelah
dia bebas dari Lapas Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.

“Dua bulan setelah saya bebas saya ketemu dengan drg David. Dia baca
berita terus cari informasi tentang saya dimana. Sampai akhirnya
ketemu dan saya dipertemukan. Terus sejak itu hubungan kami baik,
akrab. Jadi hampir dua tahun,” ucapnya.

Peluncuran Ramu Kopi ini ternyata juga dihadiri mantan Kepala Densus
88 Antiteror Polri Komjen Marthinus Hukom yang dulu ikut memburunya.
Marthinus kini menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).

Di acara itu keduanya bahkan saling bersalaman, berpelukan, dan menebar senyum.

“Pak Marthinus dulu Densus 88 yang mengejar saya, dia dulu Kepala
Densus. Tapi sekarang dia sudah baik dengan saya,” kata Patek.

Kini Patek pun berharap bisa hidup lebih baik. Ia ingin produk kopinya
bisa diterima masyarakat dan laku di pasaran. Nantinya, Ramu Kopi akan
didistribusikan ke warung-warung kopi, toko, tempat wisata, hingga
berbagai daerah di Indonesia.

“Tentunya manusia wajar ingin [produk yang dijual] laris. Laris tapi
berkah. Saya ingin punya usaha sendiri, salah satunya ini biar
hidupnya enggak nebeng terus,” katanya.

Marthinus mengatakan Patek adalah sosok yang hebat. Ia lalu mengenang
upaya pengejaran eks napiter kelahiran 20 Juli 1966 ini bertahun-tahun
lalu yang harus dilakukan dengan susah payah.

“Saya mengakui beliau sebagai orang yang hebat, beliau telah mengakui
kita juga sebagai orang-orang yang hebat. Karena itulah saya bilang
sudah dikepung berkali-kali dan dinyatakan mati berkali-kali oleh
pemerintah Filipina, tapi hari ini beliau ada di sini,” kata
Marthinus.

Menurutnya, meskipun penampilannya bertubuh kecil, Patek sangat
ditakuti oleh pihak keamanan di Filipina dan Amerika Serikat.

“Jadi bayangkan ini seorang Umar Patek yang terlihat kecil tapi
ditakuti oleh orang-orang Filipina dan Amerika bahkan dikasih bandrol
1 juta dolar (US$1 juta),” ujarnya.