Banjarmasin — Tindakan terorisme harus dicegah, salah satunya melalui pendekatan budaya lokal. Beberapa budaya lokal yang dilestarikan hingga kini diyakini mampu jadi corong komunikasi untuk medorong masyarakat untuk tidak melakukan aksi terorisme dan radikalisme.
Hal ini terungkap dalam dialog “Mendayagunakan Kearifan Budaya Lokal dalam Pencegahan Radikalisme dan Terrorisme” di Kalimantan Selatan Oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Kalimantan Selatan yang merupakan mitra strategis Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), kamis (11/08/2016) kemarin.
Hal menarik disini adalah pembicaranya merupakan mantan teroris yang tergolong masih muda bernama Mukhtar Chairi alias Umar alias Herman. Umar adalah salah satu anak didik Umar Patek Ia mengingatkan para generasi muda untuk berhati-hati dan tidak mudah terhasut kelompok yang mengajak untuk menjadi bagian dari aksi terorisme.
“Memaksakan sebuah kehendak atas dasar agama dalam islam adalah salah besar, bahkan jika ikut menjadi bagian dari terorisme diri sendirilah yang dirugikan.” ujarnya pria yang baru berumur 32 tahun ini.
Dihadapan peserta dialog ia menyampaikan agar terus berhati-hati dengan paham radikal dan terorisme diantaranya hindari pengajian eksklusif yang tertutup dari ustad dan guru yang selalu memberi pelajaran monoton dan mengarah radikalisme. Menurut Umar ciri-ciri lainnya radikalisme agama ini adalah jemaah dilarang membeli daging sapi di pasar bebas, karena dalam penyembelihannya dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama islam atau bisa saja penyembelihannya bukan orang muslim sehingga dagingnya haram dimakan.
“Biasanya, ajaran mereka cepat mengkafirkan orang, sehingga harta dan nyawa mereka halal untuk dibunuh dan ini ajaran sesat yang pernah saya terima selama menjadi terorisme”, tutup Umar.