Ulama se-Kalsel dalam acara dialog public di Banjarmasin yang diselenggarakan oleh FKPT (27/11/15) sepakat mendukung program FKPT dalam memerangi radikalisme dan terorisme di seantero Kalimantan Selatan. Dialog Publik dimaksud dihadiri oleh ulama-ulama dan tokoh masyarakat serta para ketua-ketua majlis taklim se-kalsel.
Dr. Syauqi Mubarak sebagai salah satu nara sumber dalam paparannya menegaskan bahwa para tutor radikalisme kini memasuki sekolah-sekolah sebagai sasaran dengan mengangkat isu-isu dan doktrin yang bernuansa agama. Yang menyedihkan karena para tutor radikalisme ini menanamkan kebencian kepada anak-anak muda dengan mengangkat isu-isu yang sangat sensitif seperti, kebhinnekaan tunggal ika, kebencian terhadap pancasila dan berupaya menjauhkan anak-anak dari jiwa kebangsaan dan nasionalisme termasuk melarang menghormati bendera.
Yang parah lagi karena mereka menanamkan kepada anak anak muda bahwa pemerintahan yang tidak menjalankan syariat Islam adalah pemerintahan kafir dan mereka yang terlibat dalam pemerintahan termasuk para ulama juga adalah kafir karena mendukung kegiatan-kegiatan orang kafir. Para tutor radikalisme ini juga mengajarkan tentang pembentukan negara Islam yang disebut dengan daulah hilafa yang menjadi cita-cita mereka.
Di sisi lain, mereka juga berusaha menjauhkan anak anak muda dari keluarganya dan mengajak mereka agar membatasi diri dengan orang lain dan hanya mendengar dan mengikuti yang sepaham dengan mereka. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika terdapat beberapa anak anak sekolah dan mahasiswa yang menghilang dan tanpa diketahui arahnya. Menurut Dr shauqi bahwa kecenderungan anak muda sekarang ini mencari hal-hal yang aneh dan spectakuler dan berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kalimantan Selatan terkait dengan radikalisme ini menunjukkan bahwa terdapat sekitar 40% jumlah anak-anak sekolah yang telah memahami radikalisme.
Jumlah ini cukup mengkhawatirkan karena walaupun mereka belum terlibat dalam aksi-aksi terorisme tetapi mereka ini akan menjadi pelaku-pelaku tindakan teroris setelah menemukan waktu yang sesuai. Menurut FKPT bahwa murid-murid Abu Bakar Baashir, tokoh Jamaah Islamia di Indonesia yang kini ditahan oleh aparat keamanan juga banyak tersebar di Kalimantan Selatan. Fenomena ini menuntut kita untuk terus waspada terhadap kelompok-kelompok ini.
Dalam kesempatan tanya jawab sejumlah ulama dan ketua-ketua majlis taklim menekankan bahwa pihaknya mendukung kegiatan-kegiatan deradikalisasi yang diselenggarakan oleh FKPT Kalsel dan menyatakan kehawatiran menyebarnya paham-paham radikalisme di tengah-tengah masyarakat Kalsel. Namun menurut beberapa ulama bahwa tantangan utama yang dihadapi dalam memerangi radikalisme adalah minimnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan agama khususnya di tingkat dasar dimana jumlah waktu pelajaran agama sangat minim.
Selain itu, prilaku pejabat-pejabat pemerintah cenderung tidak mencerminkan sebagai pemimpin yang ideal seperti ketika pemilu dan pilkada mereka membelanjakan miliaran rupiah untuk menduduki jabatan di pemerintahan tetapi setelah mereka menjabat justru melupakan tugas-tugas wajib mereka sehingga menimbulkan kekecewaan masyarakat akhirnya mereka memilih radikal sebagai salah satu alternatif untuk melawan ketidakadilan. Karena itu, ulama meminta agar pemerintah sungguh-sungguh membenahi fenomena radikalisme ini dengan meningkatkan kesadaran hukum bagi semua warga Indonesia tanpa kecuali.