Ulama dan Santri Berperan Wujudkan Indonesia Merdeka

Jakarta – Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Hidayat Nurwahid menegaskan, pergerakan perjuangan rakyat Indonesia sampai mencapai kemerdekaan, tak lepas dari peran ulama, santri, dan umat Islam Indonesia. Beberapa tokoh pejuang Indonesia yang juga ulama, antara lain Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, dan Teuku Umar.

Hal itu disampaikan Hidayat Nur Wahid saat menyampaikan materi Sosialisasi Empat Pilar di hadapan Pengurus Pusat Majelis Pesantren dan Mahad Indonesia, di Gedung MPR RI, Jakarta, Senin (23/10/2017). Acara itu dihadiri Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, Ketua Forum Ulama dan Habib DKI Jakarta KH Syukron Makmun, Kepala Program Studi Kajian Timur Tengah Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia Yon Mahmudi, dan santri dari sejumlah pondok pesantren di Jabodetabek.

“Para pahlawan da beberapa tokoh pejuang Indonesia yang juga ulama adalah sosok pejuang Islam dengan ciri keIslamannya yang khas, serta diakui oleh negara Indonesia sebagai pahlawan nasional. Perjuangan kemerdekaan Indonesia yang dilakukan para ulama dan santri tidak hanya perjuangan fisik, tapi juga perjuangan pemikiran dan intelektual, salah satunya adalah perkumpulan Jamiat Khair yang didirikan tahun 1901 M,” kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Organisasi tersebut, adalah organisasi kemasyarakatan para ulama, dengan tujuan membantu fakir miskin serta mempersiapkan generasi muda Islam untuk mampu berperan pada masa depan. Pondok pesantren, saat ini berkembang pesat di seluruh wilayah Indonesia. Organisasi Islam, seperti Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah, dan Persis, semuanya memiliki pondok pesantren. Kiprah para santri untuk Indonesia, katanya, juga masih terjaga hingga kini di antaranya ada kegiatan santri bela negara.

“Prinsipnya, bicara tentang bangsa dan negara, maka tak lepas dari peran ulama dan santri. Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi Indonesia sejalan dengan agama Islam dan dunia pesantren, sehingga salah besar jika menuduh Islam sebagai sumber gerakan radikal dan tidak Pancasilais,” pungkasnya.