Yogyakarta – Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar syawalan keluarga besar sivitas akademika itu dengan mengundang pemuka dan cendekiawan agama mulai dari Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, dan berbagai instansi kolega terkait untuk menguatkan harmoni dan kerukunan umat beragama.
“Syawalan dengan tema “Selaras dalam Perbedaan” ini bertujuan untuk mendorong harmoni dan kerukunan antara umat beragama dengan menghargai perbedaan dan memperkuat kolaborasi antar kelompok,” kata Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Phil Al Makin dalam keterangan tertulis Humas UIN pada acara tersebut di Yogyakarta, Senin (8/9).
Rektor mengatakan, bahwa UIN Sunan Kalijaga melalui syawalan dengan pemuka lintas iman tersebut ingin mewujudkan rumah yang nyaman bagi semua umat, semua iman, aliran, mazhab, dan semua kelompok.
“Ini adalah tekad kita. Hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa universitas menyelenggarakan syawalan seperti ini. Semua umat beragama dan pemimpinnya diajak untuk berefleksi bersama,” katanya.
Dia juga menekankan bahwa toleransi saja tidaklah cukup, karena setidaknya ada tiga level antara lain, pertama adalah keterlibatan, atau ‘engagement’, dan kedua adalah ‘making friends’, atau bersahabat dan berteman, dan ketiga adalah kolaborasi, atau kerja sama.
Menurut dia, dengan adanya keterlibatan, pertemanan, dan kerja sama antara umat beragama, diharapkan dapat tercipta harmoni dan kerukunan yang lebih baik di masyarakat.
“Semoga UIN Sunan Kalijaga betul-betul menjadi rumah yang nyaman bagi semua umat, golongan, kelompok, madzhab semua denominasi dan semua aliran. UIN Sunan Kalijaga untuk Bangsa, Mendunia,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menekankan pentingnya nilai-nilai mengenai tasamuh, musyarokah, dan ta’awun yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta pentingnya menjalin silaturahim yang tidak hanya menyambung, tetapi juga tidak memutuskan.
Haedar juga mengatakan bahwa UIN sebagai gudang ilmu dan gudang ilmuwan, harus diaktualisasikan secara praksis-implementatif dalam kehidupan umat atau masyarakat dan perlu disempurnakan bahkan ke level keempat yakni takaful ijtima’i.
“Mari bersama-sama mengamalkan nilai-nilai luhur agama sebagai bagian dari kehidupan kita,” demikian pesan Haedar Nashir menutup paparannya dalam sesi Hikmah Syawalan tersebut.