Rektor UIN Yogyakarta Prof Yudian

UIN Jogja Pertegas Komitmen Larang Radikalisme dan Paham Anti Pancasila dan NKRI

Sleman – Universitas Islam Negeri (UIN) UIN Sunan Kalijaga Jogja mempertegas komitmennya untuk melarang segala bentuk aktivitas dosen, mahasiswa maupun karyawan dalam organisasi yang mengembangkan paham radikalisme, anti-Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Secara institusi, kampus ini juga menyampaikan keprihatinannya terhadap peristiwa kekerasan terhadap sejumlah tokoh agama serta perusakan tempat ibadah seperti Gereja yang terjadi di Sleman, DIY. Komitmen anti radikalisme itu disampaikan Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Yudian Wahyudi saat memberikan sambutan dalam wisuda Sarjana, Magister dan Doktor, di Gedung Amin Abdullah, Rabu (21/2/2018).

“Akhir-akhir ini kita patut prihatin, dengan peristiwa kekerasan yang menimpa sejumlah tokoh agama serta perusakan tempat ibadah, termasuk yang terjadi di sebuah Gereja di Yogyakarta,” ungkap Yudian di hadapan orang tua dan peserta wisuda, Rabu (21/2/2018).

Yudian menambahkan, peristiwa kekerasan itu tidak saja melukai rasa kemanusiaan, namun dapat mengusik kehidupan berbangsa dan mengancam toleransi kehidupan umat beragama. Pihaknya terus berkomitmen untuk membentengi para mahasiswa maupun akademisi lainnya agar tidak terjerumus pada paham radikalisme, melalui berbagai ikhtiar untuk menjaga empat pilar bangsa.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Islam se-Asia ini menyerukan pentingnya melakukan sosialisasi kehidupan toleransi yang menghargai setiap perbedaan masyarakat serta mempromosikan Islam rahmatan lil’alamin.

“Melalui PSBN [pusat studi Pancasila dan Bela Negara] kami akan melakukan berbagai upaya untuk menciptakan kehidupan yang toleran, menggali nilai filosofis, historis dan sosio antropologis Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa,” tegasnya.

Counter ideologi atas berbagai kelompok yang berupaya mendelegitimasi pancasila juga terus dilakukan. Pihaknya dengan tegas melarang setiap aktivitas yang terkait dengan paham anti Pancasila dan NKRI di lingkungan kampus. “Semua dosen, karyawan dan mahasiswa tidak diizinkan terlibat dalam berbagai organisasi yang meiliki atau mengembangkan paham anti pancasila dan NKRI,” ucapnya.

UIN Sunan Kalijaga, lanjut dia, telah meluncurkan film animasi religi melalui Pusat Studi CISForm pada awal Februari 2018. Film itu berisi pesan tentang Islam moderat yang sengaja dikemas dalam bentuk animasi yang lucu dan menghibur. Film itu diharapkan mampu menjadi counter narrative yang efektif melalui penyebaran kalangan remaja dan pemuda yang rentan terkena propaganda radikalisme. Menurut Yudian, UIN Sunan Kalijjaga saat ini terlibat dalam proses sosialisasi Perppu No.2/2017 tentang Ormas bersama Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika.

“Upaya memetakan potensi kerawanan radikalisme juga kami lakukan melalui penelitian ilmiah, salah satunya penelitian yang mengungkap corak literatur keislaman di Indonesia yang ditemukan dengan lima corak seperti jihadi, tahriri, salafi, tarbawi dan islamisme populer,” terangnya.

Selain menyampaikan komitmennya dalam menangkal radikalisme, di hadapan orang tua dan peserta wisuda, Yudian juga menuturkan perihal penguatan jaminan mutu, sarana prasaran kerjasama dan program internasional. Dalam wisuda tersebut diikuti total 707 orang dengan rincian satu orang dari program D3, 558 orang S1, 112 orang dari S2 dan enam orang yang lulus S3. Sehingga jumlah lulusan UIN Sunan Kalijaga tercatat 56.872 orang, 575 di antaranya merupakan doktor ddan 4.910 bergelar Magister.