Jakarta – PBNU dan PP Muhammadiyah membuat pernyataan bersama untuk menjaga keutuhan bangsa, terutama menjelang bergulirnya Pilkada serentak dan Pilpres 2019. Pernyataan bersama dicetuskan saat dua ormas islam terbesar di Indonesia mengadakan silaturahmi di kantor PBNU akhir pekan kemarin.
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj pernyataan bersama terdiri dari, pertama NU dan Muhammadiyah akan senantiasa mengawal konsensus para pendiri bahwa Pancasila dan NKRI adalah bentuk final dalan kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman etnis suku, golongan, agama yang tetap harus dijaga dalam bingkai persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Said Aqil dikutip dari laman merdeka.com.
Kedua, NU dan Muhammadiyah akan terus proaktif melakukan ikhtiar bagi peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup warga. Terutama mengedepankan pendidikan dan karakter akhlakul karimah di semua tingkatan atau jenjang pendidikan serta penguatan basis basis ekonomi keumatan dan juga peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Ketiga, NU dan Muhammadiyah menyeru kepada pemerintah agar bersungguh-sungguh dalam upaya mengurangi angka kemiskinan dan angka pengangguran. Serta melakukan upaya-upaya yang terukur agar kesenjangan ekonomi dan sosial segera teratasi dengan baik.
Keempat, diimbau kepada seluruh warga NU dan Muhammadiyah agar bersama sama membangun iklim dan suasana yang kondusif dalam kehidupan kemasyarakatan dan keberagaman di tengah era sosial media yang membutuhkan kehati hatian lebih.
“Mengingat bertebarannya berbagai macam informasi hoaks, ujaran kebencian dam fitnah yang berpotensi menganggu keutuhan bangsa. NU dan Muhammadiyah berkomitmen untuk menghadirkan narasi yang mencerahkan melalui ikhtiar ikhtiar dalam bentuk penguatan dan peningkatan literasi digital sehingga terwujud masyarakat informatif yang berakhlakul karimah,” ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Terakhir, memasuki tahun politik 2018, masyarakat akan menghadapi tahun politik. Untuk itu NU dan Muhammadiyah mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjadikan ajang demokrasi sebagai bagian dari cara kita sebagai bangsa untuk melakukan perubahan perubahan yang berarti bagi bangsa dan negara.
“Hendaknya dalam demokrasi perbedaan jangan sampai menjadi sumber perpecahan. Perbedaan harus dijadikan rahmat yang menopang harmoni kehidupan yang beranekaragam. Karena demokrasi tidak sekedar membutuhkan kerelaan hati menerima adanya perbedaan pendapat dan perbedaan pikiran, namun demokrasi juga membutuhkan kesabaran, ketelelitian, dan cinta kasih antar sesama,” pungkas Haedar.