Ankara – Pemerintah Turki menuduh Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadi sponsor terorisme di Suriah. Tudingan itu dilontarkan untuk merespons kritikan Macron terkait operasi Ankara di Suriah.
“Bagaimanapun, dia (Macron) mensponsori organisasi teroris, dia menerimanya secara teratur di Elysee (istana kepresidenan),” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu seperti dikutip dari kantor berita Anadolu, Kamis (28/11).
Turki bulan lalu menyerang milisi Kurdi di Suriah. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan serangan itu menargetkan pasukan YPG dan kelompok ISIS. Turki menganggap kelompok Kurdi adalah separatis dan teroris, karena ingin membuat negara sendiri di wilayah timur dan selatan dekat perbatasan Suriah dan Irak.
Namun operasi militer Ankara itu menuai kecaman dari sejumlah negara. Serangan itu dianggap melemahkan perjuangan melawan ISIS karena selama ini pasukan Kurdi menjadi ujung tombak dalam memerangi kelompok ekstrimisme.
Macron berulang kali mengkritik serangan Turki. Dia menilai tindakan Ankara telah membahayakan koalisi anti-ISIS. Komentar Macron pun memicu reaksi keras Ankara. Dia menuduh Paris berusaha mendirikan negara Kurdi di Suriah.
Ankara memandang YPG sebagai cabang dari Kurdi PKK, yang dianggap sebagai pemberontak di Turki selama 35 tahun terakhir. Mereka dimasukkan dalam daftar hitam kelompok teror oleh Ankara dan sekutu Baratnya.
“Jangan sampai Macron lupa, Turki juga anggota NATO yang juga sekutunya,” ujar dia dikutip dari AFP.
Saat ini, Turki memang sudah menghentikan gempuran ke pasukan Kurdi setelah mereka mencapai kesepakatan gencatan senjata yang diinisiasi Amerika Serikat. Berdasarkan kesepakatan tersebut, pasukan Erdogan akan berhenti menyerang selama proses milisi Kurdi keluar dari area di sekitar perbatasan Suriah dengan Turki.
Pasukan Kurdi keluar dari kawasan tersebut sebelum tenggat waktu berakhir. Turki pun memutuskan untuk tidak melakukan serangan lagi.