Ankara – Pemerintah Turki akhirnya memutuskan untuk memasukkan kelompok separatis Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) di Suriah sebagai organisasi teroris. Informasi dari Official Gazette mengutip keputusan PBB pada Juni 2018 menyebutkan, HTS masuk daftar orang dan organisasi yang asetnya dibekukan.
“Mereka dianggap memiliki jaringan dengan kelompok militan al Qaeda dan ISIS,” Reuters melaporkan Minggu (2/9).
HTS yang sebelumnya bernama Front Nusra, kelompok aliansi pemberontak paling kuat di Idlib, sebelah utara Suriah, adalah kelompok bersenjata terakhir yang menguasai berbagai kawasan di Suriah.
Sementara itu pada pekan lalu, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu menanggapi pernyataan Rusia dan Suriah mengenai operasi militer di Idlib untuk mengusir pemberontak.
Ia mengatakan akan menjadi bencana besar bila solusi militer digunakan di Idlib kendati di sana banyak kelompok militan. Terlebih militan Al Qaeda’s Nusra tengah mempersiapkan diri sebelum bertempur. Pasukan pemerintah telah ditarik dari Ariha, setelah pasukan pemberontak berhasil menguasai kota terakhir di Provinsi Idlib dekat perbatasan Turki.
“Operasi militer di Idlib hanya akan menimbulkan gelombang pengungsi besar-besaran,” kata Ankara yang hanya menempatkan sejumlah kecil pasukannya di Idlib.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan rencananya akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Hassan Rouhani di Iran pada 7 September mendatang untuk membahas kondisi Idlib.