Tumpas ISIS di Suriah, Pentagon Ajukan Anggaran Rp4,1 Triliun

Washington – Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) mengajukan anggaran 300 juta dolar AS atau sekitar Rp4,1 Triliun untuk melakukan operasi menumpas kelompok militan ISIS di Suriah. Dana itu akan digunakan untuk mempersenjatai dan memberikan perlengkapan kepada partner-partner mereka di Suriah.

Dalam proposal anggaran 2019, nama kelompok Partiya Yekîtiya Demokrat (PYD) / artiya Karkerên Kurdistanê (PKK) ikut serta dicantumkan. Selain itu, mereka juga memohon dana USD250 juta atau sekitar Rp3,4 miliar untuk membangun keamanan perbatasan di Suriah.

Laporan yang berjudul FY 2019 Overseas Contingency Operations (OCO) Request Counter-ISIS (Daesh) Train and Equip Fund (CTEF) itu sempat diterima Anadolu Agency pada Senin (16/4).

Proposal itu menunjukkan bahwa pemerintah AS berniat memberikan perlengkapan kepada 30.000 orang yang terlibat dalam misi melawan ISIS di kawasan lembah Sungai Efrat, dan sekitar 35.000 “Pasukan Keamanan Internal” di daerah-daerah yang sudah dibebaskan di seluruh Suriah.

“Untuk mencapai tujuan militer AS, pasukan rekanan di Suriah akan terdiri dari pasukan lokal sesuai demografi, yang sudah cukup dilatih dan dipersenjatai untuk memastikan mereka bisa menghadapi ISIS,” bunyi proposal anggaran itu.

Menurut dokumen itu, dari total dana USD300 juta, hingga USD162,6 juta atau sekiraRp2,2 triliun akan digunakan untuk senjata, peralatan dan kendaraan, USD8 juta atau sekira Rp110 miliar untuk kebutuhan kemanusiaan, USD28 juta atau Rp385 atau sekira Rp1,3 triliun untuk transportasi, dan USD101,5 juta untuk dukungan operasional.

Pentagon berencana mengirimkan 25.000 senjata otomatis AK-47, 1.500 senjata mesin ringan, 500 senjata mesin berat, 400 peluncur roket RPG-7, 95 senjata tembak jitu, dan lain-lain.

Selain itu, mereka juga meminta dana USD24 juta atau sekira Rp330 miliar untuk amunisi senjata-senjata itu.

AS sudah lama mendukung PYD/PKK, yang merupakan cabang Suriah dari organisasi teror PKK yang memberontak terhadap Turki selama 30 tahun terakhir, dan mengakibatkan tewasnya ribuan orang.