Salatiga – Sejak pergantian Menteri Pendidikan kabarnya sistem
pendidikan Indonesia akan segera mengimplementasikan pembelajaran deep
learning berbasis akal imitasi (AI). Hal ini disampaikan oleh Prof.
Dr. Rasimin, M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
UIN Salatiga, saat menjadi narasumber dalam seminar bertema
“Peningkatan Kompetensi Guru PAI melalui Implementasi Profil Pelajar
Pancasila” yang diadakan di Dapoer Ibu Boyolali pada Minggu
(17/11/2024).
Prof. Rasimin, menguraikan bahwa deep learning akan diterapkan dengan
menonjolkan tiga prinsip pokok: Mindful Learning, yang menyesuaikan
pembelajaran dengan kebutuhan dan karakter siswa; Meaningful Learning,
yang mengutamakan relevansi materi dengan kehidupan siswa; serta
Joyful Learning, yang bertujuan membangun suasana belajar yang
menyenangkan.
“Dengan menerapkan ketiga prinsip ini, diharapkan siswa dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berpartisipasi secara aktif
dalam setiap sesi pembelajaran, dan lebih mendalami setiap tahap dalam
proses belajar mereka,” kata Prof. Rasimin dihadapan ratusan guru PAI
yang hadir.
Ia menyebut bahwa deep learning bukanlah hal baru, namun perhatian
terhadap metode ini semakin meningkat karena potensinya dalam
memperkaya pengalaman belajar siswa.
“Oleh karena itu, saya mendorong para guru PAI yang mengikuti
pelatihan ini untuk memahami sekaligus mengimplementasikan konsep deep
learning dalam pembelajaran guna meningkatkan kualitas pendidikan di
sekolah masing-masing,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Imam Subqi, M.Si., Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Guru (PPG) UIN Salatiga, turut memberikan materi
tentang Experiential Learning. Menurutnya, metode ini merupakan salah
satu cara efektif untuk membentuk karakter Pelajar Pancasila.
“Experiential Learning mengajak siswa belajar melalui pengalaman
empiris faktual, sehingga pemahaman mereka tidak terbatas pada teori
di kelas,” jelas Imam Subqi.
Ia menambahkan, untuk menginternalisasi nilai-nilai Pancasila, siswa
perlu dilibatkan dalam berbagai kegiatan di luar lingkungan sekolah
yang dapat memperkaya pemahaman mereka.
Misalnya, siswa dapat diberi kesempatan untuk berinteraksi langsung
dengan masyarakat setempat, seperti membantu dalam kegiatan sosial
atau berdiskusi dengan komunitas yang ada.
“Selain itu, ajak siswa untuk melakukan refleksi di alam terbuka.
Dengan demikian, mereka dapat lebih menyadari kebesaran Tuhan dan
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sebagai bagian dari tanggung
jawab sosial mereka,” tuturnya.
Seminar yang diselenggarakan oleh FTIK UIN Salatiga ini dihadiri oleh
ratusan guru PAI yang tengah mengikuti Program Pendidikan Profesi
Guru