Transformasi Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045 Dengan Vaksinasi Ideologi

Jakarta – Mikroorganisme virus radikalisme-terorisme dan intoleransi di Indonesia sejatinya memiliki ragam sistem saluran infeksi, seperti menginfeksi dan meretakkan spirit kebangsaan-nya agar hilang. Menginfeksi pola beragama, lalu menjadi eksklusif dan menghilangkan moralitas seseorang menjadi radikal, brutal dan zhalim.

Instruktur Pendidikan Kader Penggerak Nahdatul Ulama (PKPNU) Nasional, Dr. Adnan Anwar, MA., menilai paparan virus radikalisme dan terorisme di tengah masyarakat harus sedini mungkin dinetralisir dengan vaksinasi ideology. Ini penting mengingat bangsa Indonesia memiliki agenda besar yaitu Indonesia Emas 2045.

”Indonesia memerlukan kearah transformasi yang jelas dan itu harus mendesak di waktu sekarang ini terutama untuk kebangkitan nanti pada tahun 2045 yaitu satu abad Indonesia berusia,” ujar Dr. Adnan Anwar di Jakarta, Kamis (2/3/2023).

Dirinya melanjutkan, untuk meraih hal tersebut diperlukan penyiapan generasi muda yang unggul, yang menjunjung tinggi kultur, budaya dan karakter bangsa yang toleran, anti kekerasan dan mencintai bangsanya, melalui 5 nilai transformasi, diantaranya 1) transformasi wawasan kebangsaan, 2) revitalisasi nilai-nilai Pancasila, 3) transformasi moderasi beragama, 4) transformasi akar kebudayaan bangsa dan 5) transformasi pembangunan kesejahteraan.

”Generasi milenial harus kita prioritaskan ya karena jumlahnya sudah hampir 60% lebih dalam demografi kita dan mereka ini generasi yang mengambang,mengalami floating Mesh, mereka adalah generasi yang berhadapan langsung dengan keterbukaan di semua bidang.  Sehingga hal ini tentunya sangat merubah karakter dan perilaku dasar generasi milenial,”jelasnya.

Pria yang akrab disapa Cak Adnan ini menyebut, jika generasi milenial tidak dibekali vaksinasi ideologi tersebut bisa mengancam terhadap persatuan dan  keutuhan bangsa kedepannya. Apalagi bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku agama ras dan budaya. Para generasi milenial harus memahami bahwa keberagaman yang ada adalah sebuah keniscayaan.

“Tapi syaratnya dalam memberikan vaksinasi ideologi harus dibarengi dengan berbagai macam kegiatan bagi masyarakat.  Dan program populis seperti penguatan ekonomi, keadilan sosial dan penguatan SDM juga harus dilakukan secara bersama-sama,” kata Direktur Panata Dipantara (NGO yang bergerak dalam bidang  kajian Kontra Narasi dan Idiologi dari paham Radikal Terorisme) ini.

Menurutnya, transformasi yang demikian harus dibangun dari semua lini baik itu dari pemerintah di tingkat bawah hingga atas, di lembaga pendidikan, lingkungan ormas dan juga yang terpenting di lingkungan keluarga.

“Setelah para pemimpinnya harus memiliki arah yang sama dan sepakat dengan transformasi maka masyarakat akan mengikuti, karena masyarakat kita cenderung Tut Wuri Handayani, yaitu rakyat yang akan mencontoh pemimpinnya. dan tentunya kesempatan ini digunakan  untuk ditiru masyarakat terhadap perilaku pemimpin kita,” tuturnya.

Mantan Wasekjen PBNU ini menyatakan optimismenya bahwa upaya penanaman 5 nilai transformasi atau vaksinasi ideologi yang diusung oleh BNPT mampu mengembalikan karakter bangsa yang berbudi luhur dan anti kekerasan menuju bangsa yang unggul.

“Saya kira bangsa ini masih bisa mengalami titik balik untuk menjadi negara besar dalam membangun peradaban yang besar dan negara yang berpengaruh di seluruh dunia.  Jadi masih sangat bisa sekali karena  kultur kita,  budaya kita, masyarakat kita, ekonomi kita dan geopolitik kita itu masih masih cukup lumayan utuh,” kata Cak Adnan mengakhiri.