Tradisi Perahu Baganduang Ramaikan Hari Raya Idul Fitri di Riau

Pekanbaru – Hari Raya Idul Fitri tidak hanya dirayakan dengan
melakukan ritual saling bersalaman dan meminta maaf. Tapi Indonesia,
Idul Fitri juga saat untuk menggelar tradisi budaya.

Seperti di Festival Perahu Baganduang di tepian Muko Lobuah, Desa
Banjar Padang, Kecamatan Kuantan Mudik, Riau. Sabtu, 14 April 2024,
masyarakat berjubel menyaksikan gemerlap Festival Perahu Baganduang.
Mereka datang dari berbagai kecamatan di Kuansing dan para Masyarakat
Kuansing di perantauan.

Acara ini menjadi magnet yang memikat hati para pengunjung di tengah
Hari Raya Idul Fitri 1445 H. Kehadiran Kadis Pariwisata, Roni Rakhmat,
yang mewakili Penjabat Gubernur Riau, menjadi pencerahan atas keunikan
dan daya tarik budaya Kuansing.

“Ini memang unik dan menarik, karena itu kita akan berkolaborasi
bersama Pemkab Kuantan Singingi untuk memajukan dan melestarikan
budaya ini,” ucapnya dengan penuh semangat.

Dalam harapannya, Roni Rakhmat menekankan pentingnya menjaga dan
mempromosikan kebudayaan Kuansing secara lebih luas.

“Perlu digali dan dikemas dengan baik sehingga bisa mempunyai daya
tarik bagi para wisatawan baik itu lokal maupun manca negara untuk
datang dan menyaksikan langsung nantinya,” tambahnya.

Sementara itu, Bupati Kuantan Singingi, Suhardiman Amby, mengungkapkan
asal-usul perahu bergantung sebagai sarana transportasi sungai yang
digunakan masyarakat di pinggiran Sungai Kuantan.

“Dulu, wujud kegembiraan masyarakat dalam menyambut Idulfitri adalah
mengunjungi ninik mamak para pemangku adat, mereka membawa hasil panen
dengan menggunakan perahu beganduang ini,” ujarnya penuh semangat
dalam pidato sambutannya.

Menariknya, acara ini kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam
kalender pariwisata Riau, dipromosikan secara nasional, dan diakui
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai bagian dari warisan
budaya nasional.

“Ke depan, kita akan membuatnya lebih unik lagi dengan menampilkan
kegiatan kebudayaan lokal sebagai pintu masuk pariwisata. Masih banyak
budaya lokal yang belum tersentuh, baik berbentuk kesenian maupun
kuliner,” pungkasnya.