Jakarta – Indonesia dikenal sebagai negara dengan toleransi antar umat beragama yang tinggi. Toleransi antar umat beragama inilah yang bisa dijadikan ‘senjata’ untuk mencegah dan menangkal penyebaran propaganda paham radikalisme, terutama yang dilakukan oleh militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
“Indonesia dikenal memiliki toleransi antar umat beragama yang tinggi sehingga tidak ada tindakan-tindakan represif yang dilkukan kepada agama tertentu. Itulah yang membuat warga Indonesia justru lebih sedikit yang ikut bergabung dengan ISIS di Suriah dibandingkan dengan negara-negara barat dimana banyak negara yang memperlakukan Islam secara represif. Pendekatan antara umat beragama sangat soft sehingga tidak terjadi gesekan,” ujar mantan anggota teroris dari kelompok Moro Islamic Liberation Front/MILF, Ali Fauzi Manzi saat dihubungi, Selasa (28/7/2015).
Sebelumnya Duta Besar (Inggris) untuk Indonesia Moazzam Malik menilai Indonesia lebih berhasil dalam menekan jumlah warganya untuk tidak bergabung dengan ISIS dibandingkan dengan warga Inggris. Itu tercermin dari jumlah WNI yang diperkirakan bergabung dengan ISIS yang berada dikisaran lebih kurang 500 WNI. Sementara di Inggris, jumlah warganya yang ikut ISIS lebih dari angka tersebut.
Menurut Ali Fauzi, selain toleransi antar umat beragama itu, upaya pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) juga menjadi faktor penting dalam mencegah eksodus WNI ke Suriah. Hal itu dibuktikan dengan upaya terus menerus yang dilakukan BNPT ke seluruh unsur masyarakat dalam melakukan sosialisasi tentang bahaya radikalisme dan ISIS bagi kehidupan bangsa Indonesia.
“Ini sangat penting, karena para pelaku radikalisme, apalagi ISIS menyerang sasarannya melalui ideologi dan agama. Jadi upaya yangdilakukan BNPT dan lembaga-lembaga terkait dalam menanggulangi paham ISIS dengan memperkuat ideologi dan agama di Indonesia itu sudahtepat. Pasalnya bila ideologi kita yaitu Pancasila dan pemahamanagama, terutama agama Islam semakin kuat, otomatis propaganda-propaganda radikalisme, terutama ISIS, akan mental dengan sendiri,” terang adik dari terpidana mati bom Bali Amrozy ini.
Ia juga mengapresiasi gerak cepat pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi WNI yang bepergian ke Turki, terutama yang akan bergabung dengan ISIS. “Dalam 5 bulan terakhir ini antisipasi yang dilakukan pemerintah sudah cukup bagus dengan ditandai adanya pencegahan WNI yang akan bergabung dengan ISIS baik yang tertangkap di perbatasan Turki – Suriah atau bandara,” tukasnya.
Yang pasti, kata Ali Fauzi, upaya itu harus terus ditingkatkan. Pasalnya, ia menilai ancaman ISIS ini sudah semakin menglobal sehingga harus diimbangi dengan upaya-upaya maksimal dalam setiap pencegahannya.
“Intinya jangan pernah kendur, apalagi lengah. Mereka bisa ‘menusuk’ melalui berbagai cara. Salah satu jalan terbaik ya itu tadi yaitu memperkuat ideologi Pancasila dan memperdalam pengetahuan agama,” pungkas Ali Fauzi.