Tokoh Lintas Agama Kecam Aksi Lone Wolf di Gereja St. Lidwina

Semarang – Aksi penyerangan oleh pelaku tunggal (lone wolf) di Gereja St. Lidwina Bedog, Sleman, Yogyakarta, Minggu (11/2/2018) dikutuk oleh tokoh lintas agama. Selain intoleransi, tindakan itu dinilai biadab dan merusak nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Sebagai bentuk solidaritas dan keprihatinan, tokoh lintas agama di Semarang menggelar renungan malam di Gereja St.Theresia Bongsari, Minggu (11/2) malam. Aksi ini diikuti oleh sekitar 50 orang dari sejumlah pemuda dan organisasi lintas agama yang tergabung dalam Persaudaraan Lintas Iman (Pelita).

“Kita di sini tidak hanya mengutuk, tapi meminta Polri mengusut tuntas tentang kasus tersebut. Kalau memang pelaku seorang diri, terus apa motifnya, dan ada apa dengan dia? Ini sudah merusak dan merampas hak-hak warga dalam beribadah”, ujar Ketua Persaudaraan Lintas Iman (Pelita) Setyawan Budi dikutip dari cnnindonesia.com.

Aksi penyerangan di Gereja St. Lidwina melukai 5 orang. Salah satunya adalah Romo Prier, seorang Pastur Gereja asal Jerman.

Selain memanjatkan doa bersama, aksi itu juga diwarnai dengan penyalaan lilin sebagai simbol ketenangan dan tidak terprovokasi dalam menyikapi insiden Gereja Lidwina.

Sementara itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyerukan agar kekerasan terhadap tokoh dan pemuka agama apa pun motifnya dihentikan.

“Peristiwa-peristiwa kekerasan itu menyiratkan ada kebencian atas dasar sentimen keagamaan. Sesuatu yang harus dihentikan, dikutuk, dan dijauhi,” kata Ketua PBNU Robikin Emhas, seperti dikutip dari Antara.

Dia mengatakan kekerasan terhadap tokoh dan pemuka agama, apalagi didasari kebencian atas dasar sentimen keagamaan, berpotensi melahirkan saling curiga dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Ujungnya, gangguan keamanan serius.

“Dalam momentum tahun politik 2018 dan 2019, mari kita buktikan Indonesia mampu melakukan sirkulasi kekuasaan dengan cara-cara beradab,” ajaknya.