Jakarta – Pilot Susi Air Capt Philip Mark Mehrtens masih disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Komjen Pol Boy Rafly Amar mengatakan, anggota TNI Polri masih bekerja untuk melakukan pembebasan pilot tersebut.
“Satuan tugas TNI Polri masih terus bekerja,” kata Boy usai memberikan arahan dalam Dialog Kebangsaan dalam rangka Kesiapsiagaan Nasional di Bandung, Kamis (16/3/2023).
Mantan Kapolda Papua ini menyebut, TNI Polri sedang melakukan pengejaran terhadap KKB yang menyandera pilot tersebut. Seperti diketahui, KKB tinggal di beberapa pegunungan di Papua.
“Kita tahu dalam kejahatan berbasis kekerasan apalagi kekerasan menggunakan senjata api TNI Polri sedang bertugas untuk melakukan pengejaran kelompok separatis terorisme yang selama ini ada di beberapa tempat pegunungan di Papua,” ungkapnya.
Tak hanya di Papua, Boy juga mengimbau kepada warga Jabar agar waspada dengan penyebaran paham radikalisme ini. Apalagi, Jawa Barat kerap dijadikan sebagai tempat untuk menyebarkan paham radikalisme, hal itu juga dapat dilihat dari tuntutan penangkapan terduga teroris yang ditangkap di wilayah Jawa Barat.
“Jawa Barat tetap waspada akan adanya organisasi-organisasi yang mengarah pada intoleransi, itu harus kita waspadai, seluruh aparatur negara, komunitas intelijen diharapkan bisa mendeteksi masalah ini dengan baik juga melakukan kontra intelejennya,” tuturnya.
BNPT juga terus lakukan sosialisasi terkait bahayanya paham radikalisme jika sudah memaparkan kepada generasi muda di Indonesia dan jika ditemukan pemuda yang terpapar radikalisasi maka harus segera dilakukan pembinaan.
“Mereka harus dibina, ditingkatkan wawasan kebangsaannya, isinya konsensus negara kita. Tidak semua anak muda kita memahami dengan baik nilai-nilai konsensus dalam berbangsa dan bernegara,” tuturnya.
“Generasi di Indonesia silih berganti, patah tumbuh hilang berganti, yang muda-muda lahir dan yang muda-muda akan jadi pemimpin, kalau pemimpinnya disorientasi terhadap pemahaman bangsanya maka disitulah letak akan mulai munculnya entitas pada intoleran dan intoleran bukan kepribadian bangsa Indonesia,” pungkasnya.