Foto seorang pria yang memegang papan berisi tulisan pendek namun sangat penting itu belakangan ini viral di berbagai media. Keberadaan pria yang dalam tulisannya mengaku berasal dari Kei, Ambon itu jelas menimbulkan berbagai pertanyaan, siapa orang ini sebenarnya? Sampai sekarang belum juga diketahui kapan ia berangkat ke Mosul, dengan siapa dan untuk tujuan apa; apakah ia bergabung dengan kelompok ISIS atau dia pekerja migran yang terjebak dalam situasi konflik Irak, khususnya di kota Mosul? Kita belum juga tahu.
Satu hal yang kita tahu, utamanya tentang kota Mosul, adalah fakta bahwa kota Mosul menjadi saksi penting untuk kebesaran dan sekaligus kehancuran kelompok teroris internasional ISIS. Kota Mosul tidak mendapatkan apa-apa selain kehancuran yang mengerikan. Di Mosul, ISIS menancapkan basis kekuatannya untuk menebar teror ke peradaban manusia, namun di kota itu pula, ISIS mengalami kekalahan yang telak, di mana kekuatan kelompok ini luluh lantak.
Pesan yang disampaikan oleh pria misterius ini sebetulnya sangat jelas. Ia ingin masyarakat cerdas dan tidak mudah termakan janji manis kelompok ISIS. Di Irak dan Suriah, tidak ada khilafah, yang ada hanyalah kondisi hidup yang semakin susah. Di Irak dan Suriah juga tidak ada pasukan tuhan, yang ada hanyalah para teroris yang kepala dan hatinya telah penuh sesak dengan kebencian dan permusuhan.
Melalui pesannya pula, ia berharap agar jangan sampai ada konflik serupa di Indonesia, karena hal itu akan membuat negeri ini bernasib sama seperti Irak dan Suriah; hancur dan rusak parah. Dengan tegas ia sampaikan bahwa Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945 harus dipertahankan. Dengan ketegasan yang sama, ia nyatakan bahwa penyebab semua ini adalah gerakan radikal.
Hal ini tentu sangat relefan dengan situasi kekinian di mana radikalisme seakan bergerak tanpa kontrol di tanah air yang kita cintai ini.
Penyesalan Atas Tipu-Tipu ISIS
Masih ingat kasus seorang warga negara Jerman bernama Ebrahim B yang lolos dari tawanan ISIS di Tal-Abyad dan kemudian diadili di Jerman pada bulan bulan Agustus 2015 atas kasus terorisme? Dia bergabung ISIS 2014 bersama 90 warga Jerman lainnya. Ia pun berbai’at dan bergabung menjadi pasukan ISIS. Awalnya, dia mengira bahwa ISIS benar-benar berjuang untuk agamanya, namun ternyata, semua yang ditampilkan oleh ISIS hanyalah tipuan belaka.
Di proses peradilan di Jerman ia memberi kesaksian yang memilukan. Ia menyebut bahwa sejelek-jeleknya penjara di Jerman, masih jauh lebih baik daripada alam bebas di Suriah. Ia pun dengan lantang mengatakan bahwa semua orang yang bergabung dengan ISIS adalah korban penipuan. Mereka ditipu dengan janji -janji yang bersifsat reliji dan perbaikan ekonomi. Mereka pun dijejali dengan klaim-klaim maskulinitas, heroism, dsb., nyatanya, alih-alih melaksanakan jihad, ia merasa semua yang bergabung dengan ISIS justru menjadi orang jahat.
Pengalaman yang sama juga pernah dialami oleh warga Indonesia yang berhasil lolos dari kelompok ISIS. Ahmad Junaidi namanya, lelaki yang berprofesi sebagai pedagang bakso ini sempat kepincut dengan bualan kelompok ISIS. Ia pun berangkau ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki ekonomi. Info yang ia dengar waktu itu, di Suriah telah berdiri negeri khilafah, di mana orang-orangnya hidup bahagia dengan rejeki yang berlimpah.
Terlebih, ia telah dijanjikan akan mendapatkan pekerjaan sebagai guru ngaji dengan gaji yang sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari penghasilan bulanannya sebagai tukang bakso yang hanya berkisar di angka 2,5 juta rupiah saja. Rupanya, ketika ia akhirnya sampai di sana, ia baru sadar bahwa selama ini ia telah ditipu. Ia dipekerjakan di dapur umum yang persediaan bahan logistiknya serba sangat terbatas. Gaji tinggi pun tinggalah mimpi.
Junaidi mengaku sangat menyesali keputusannya itu. Terlebih, ia kini telah dijatuhi hukuman selama tiga tahun penjara dengan pasal terorisme sejak februari 2016. Penyesalannya itu ia sampaikan berulang kali saat menjalani proses persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Ia menyebut Abu Jandal, tokoh ISIS Khatibah Nusantara, sebagai orang yang telah menipunya
Pernyataan yang hampir sama, masih tentang penyesalan yang begitu mendalam; merasa ditipu luar dalam, juga disampaikan oleh beberapa pelaku terkait ISIS yang sebagian di antaranya pernah berdialog dengan penulis, seperti ; Koswara, Ridwan Sungkar, Apmirul, Menry alias Mulhin Arifin, Tuah Febriansyah, Abdul Hakim Munaban dan Helmy alias Abu Royan, mereka semua mengaku menyesal pernah termakan tipu daya ISIS.
Ada pula orang-orang nyaris terbujuk oleh rayuan ISIS, mereka adalah beberapa mantan pasukan tentara milisi GAM Aceh. Janji-janji perbaikan kehidupan di Irak dan Suriah membuat mereka tergiur, hal ini pun membuat mereka tidak berpikir sehat. Pengalaman memberontak menjadi modal utama. Kelompok ini menempatkan kebutuhan perbaikan ekonomi di atas kebutuhan idiologis spiritual dengan atribut agama pro-kekerasan.
Maka jadilah catatan penting Wakil Panglima Sago Awe Duek Binje sebagai Mantan Kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Din Minimi alias Fakhrudin alias Din Robot bersumpah setia (Bai’at) kepada ISIS pada Juli 2015 lalu. Ia pun mengajak 90 mantan pasukan yang lain untuk melakukan sumpah setia yang serupa. Di media dia mengatakan, “daripada di sini tidak berpenghasilan, kami punya keahlian memegang senjata, tentu bagus untuk menghidupi keluarga.”
Masih ada lagi, pegawai negeri sipil (PNS) salah satu kementerian yang berkantor di Puspitek Serpong. Saat bertemu penulis dia mengatakan dia ditipu oleh seorang ustad bernama M Umar. Ustadz ini disebutnya mengajarkan beberapa ayat dan konsep jihad, termasuk tentang kemanfaatan menuju tempat berkumpulnya umat di akhir zaman, yakni di Irak dan Suriah. Atas ajaran ini, ia mengaku bulat tekad untuk berangkat ‘jidah’. Ia pun menjual rumah dan seluruh harta bendanya untuk biaya perjalanan ke negeri yang dijanjikan tersebut.
Ia pun berangkat bersama keluarganya ke Suriah. Namun Allah masih sayang kepada dia, dia ditangkap dan dideportasi kembali ke Indonesia dengan kondisi rumah dll telah terjual. Masih untung dia tidak dipecat dari pekerjaannya. Dan sampai sekarangpun dia masih bestatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Penulis pun maih menerima keluhan dari sebuah keluarga yang sekarang terjebak di kota Raqqa, mereka mengaku tidak bisa keluar dan dalam kondisi kesehatan yang buruk. Mereka berharap bisa dideportasi kembali ke ibu pertiwi. Namun hal ini tentu tidak mudah, segala resiko telah menanti mereka. Jika pun mereka bisa keluar dari Raqqa, tidak ada jaminan mereka akan hidup, sementara pilihan telah dijatuhkan; mereka memilih mempercayai bualan dan tipuan.
itulah sekelumit ringkasan yang penulis dapat dari berbagai sumber. ISIS hanya mengumbar janji manis, tidak akan ada bahagia melainkan tangis. Dan pria misterius itu telah membuktikan, di Mosul tidak ada negera tuhan, di sana hanya ada kehancuran.
Semoga bermanfaat.