Mantan ketua Mantiqi III kelompok teror Jamaah Islamiyah (JI) Nassir Abas membongkar habis wajah asli radikalisme. Menurutnya, radikalisme mengajarkan orang untuk merasa benar sendiri, sehingga siapa saja yang berbeda dengannya, khususnya untuk urusan agama dan politik, akan langsung dianggap salah.
Selain itu, kelompok radikal juga masih menyimpan ilusi pendirian Negara Islam di Indonesia. Karenanya mereka akan melakukan segala cara untuk merobohkan NKRI dan menggantinya dengan konsep Negara Islam, salah satu cara yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan itu adalah dengan mengajak masyarakat membenci pemerintahan yang sah dengan menyebutnya sebagai pemerintahan kafir yang harus diperangi.
Selain merusak otak, radikalisme juga merusak sisi kemanusian masyarakat. Karenanya paham kekerasan ini harus dihindari. Berikut adalah 5 ciri orang radikal menurut Nassir Abas:
- Mudah mengkafirkan
- perbedaan akan dengan sangat mudah dipahami sebagai kekafiran, karenanya orang-orang yang berbeda paham/pandangan akan langsung dianggap kafir.
- Menutup celah perbedaan
- Selain benci pada perbedaan, kelompok radikal juga terkenal sebagai orang-orang yang tertutup. Mereka gemar melakukan diskusi atau kajian secara sangat tertutup, biasanya mereka akan bergerombol dalam kelompok kecil dan tampak sangat serius mendiskusikan sesuatu. Masjid masih menjadi tempat favorit bagi mereka, karennaya jika di masjid ada orang-orang bergerombol sambil berdiskusi secara tertutup, datangi saja. “kalau ada yang mojok-mojok (diskusi terteutup di pojokan masjid, red) datangi saja,” pesan Pesan Nassir Abas.
- Tidak memakan daging sembelihan orang lain
- Orang lain dianggap kafir, karenanya sembelihan orang lain dianggap haram.
- Menikah tanpa wali
- Kelompok radikal sangat sering melakukan ini, menikah tanpa wali. Salah satunya karena anggapan bahwa orang tua mempelai adalah kafir, sehingga tidak diperlukan perwaliannya.
- Menolak sholat di masjid umum
- Bagi mereka, masjid yang dibangun masyarakat adalah masjid dhirar, masjidnya orang-orang munafik. Karenanya mereka menolak hsolat di masjid umum.
Untuk menghindari radikalisme, mantan pentolan JI yang kini telah bertaubat dan aktif melakukan ceramah anti radikalisme dan terorisme memberikan dua tips utama untuk menghindari radikalisme.
- Selalu bertanya pada diri sendiri, “apakah sudah benar pemahaman saya?” dan jika hendak bergabung dalam aksi terorisme, pikirkan “bagaimana jika yang menjadi korban adalah keluarga kita sendiri?”, “apakah pemahaman kita sudah sesuai dengan agama dan kemanusiaan?”
- Selalu bersikap kritis dan biasakan sharing atau berdiskusi dengan siapa saja, tidak menutup diri untuk kelompok/golongan tertentu saja.
Sumber: Paparan Nassir Abas pada dialog Pelibatan Masyarakat Dalam Mencegah Paham Radikal-Terorisme Melalui Perspektif Sosial dan Budaya di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dihelat oleh BNPT di Kupang pada Kamis (09/06/16).