Poso – Jumardin alias Ardi, mantan napi kasus terorisme, kini
menjalani kehidupan baru dengan berkontribusi dalam kegiatan sosial
dan mengembangkan usaha mandiri.
Setelah bebas dari Lapas Kelas IIA Bulukumba pada tahun 2018, ia
memilih kembali ke kampung halamannya di Desa Taunca, Kecamatan Poso
Pesisir Selatan, Kabupaten Poso.
Ardi, yang sempat divonis empat tahun penjara namun hanya menjalani
hukuman selama tiga tahun, mengaku menyesali keterlibatannya di masa
lalu. Kini, ia fokus menghidupi keluarganya dengan berkebun dan
menjual ikan secara keliling menggunakan sepeda motor.
“Saya sudah meninggalkan semua aktivitas yang terkait dengan kelompok
teroris. Hidup saya sekarang untuk keluarga dan masyarakat,” ungkap
Ardi, Senin (16/12/2024).
Sejak 2022, Ardi aktif dalam program Lembaga Penguatan Masyarakat
Sipil (LPMS) Kabupaten Poso dan The Habibie Center (THC). Ia menjadi
bagian dari angkatan pertama program tersebut, yang bertujuan
memperkuat peran masyarakat sipil dalam menciptakan perdamaian.
Pada 2023, Ardi terpilih mewakili eks napi terorisme dari Kabupaten
Poso untuk mengikuti pelatihan di DKI Jakarta bersama peserta lainnya.
Pengalaman ini memperkuat tekadnya untuk berperan aktif dalam mencegah
penyebaran paham radikal di wilayahnya.
“Saya berkomitmen membantu aparat Kepolisian dan masyarakat dalam
menangkal radikalisme, terutama di Kecamatan Poso Pesisir Selatan.
Saya ingin memastikan tidak ada lagi yang terjerumus seperti saya
dulu,” tegasnya.
Meski kehidupan baru yang dijalani penuh tantangan, Ardi terus
berusaha menjadi teladan bagi masyarakat, terutama mereka yang pernah
tersesat dalam pemahaman ekstrem.
Aktivitas kesehariannya yang sederhana berkebun dan menjual ikan,
menjadi wujud nyata perjuangannya untuk hidup damai dan bermanfaat.
Ardi berharap dukungan dari berbagai pihak dapat memperkuat usahanya
serta memperluas dampak positif program LPMS dan THC di wilayah Poso.
“Saya ingin melihat Poso menjadi daerah yang aman dan damai. Kita
harus bangkit bersama,” pungkasnya.
Langkah Ardi mendapat apresiasi dari masyarakat setempat.
Keberaniannya untuk berubah dan membantu program deradikalisasi
menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Ia menegaskan, kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga
sosial sangat penting untuk menjaga perdamaian di Kabupaten Poso.
“Ini bukan hanya tugas satu pihak, tetapi tugas bersama. Saya siap
berkontribusi untuk Poso yang lebih baik,” tutupnya.