Solo – Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) ke XVII di Kota Solo, Jawa
Tengah, dari tanggal 7 hingga 13 Oktober 2024 telah resmi ditutup
dengan aman dan lancar. Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan
Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mayjen
TNI Roedi Widodo, menyampaikan apresiasi atas keberhasilan pelaksanaan
ajang ini yang berlangsung tanpa gangguan keamanan.
Dalam konferensi pers usai penutupan, Mayjen TNI Roedy Widodo
menyampaikan bahwa BNPT berperan aktif dalam memastikan keamanan event
oalah raga akbar ini, dengan melakukan langkah-langkah persiapan sejak
jauh-jauh hari.
“Pengamanan Peparnas ini kami awali dengan berbagai persiapan matang,
baik dari segi terbuka maupun tertutup, yang melibatkan seluruh
jajaran BNPT. Tim kami, baik dari Kedeputian I, Kedeputian II, serta
satuan tugas tambahan, terlibat langsung dalam proses pengamanan,
mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga pengakhiran,” ujar Deputi 1
BNPT
BNPT, lanjut Mayjen Roedy, telah menggelar Subsatgas (Sub Satuan
Tugas) yang terdiri dari berbagai elemen, termasuk pencegahan,
penindakan, deradikalisasi, dan perlindungan. Fokus utama pengamanan
diarahkan pada sejumlah aspek penting seperti venue pertandingan,
objek vital strategis, serta transportasi para atlet dan ofisial.
BNPT juga melakukan assessment (penilaian) risiko terhadap lingkungan
sekitar venue serta fasilitas pendukung lainnya guna memastikan
seluruh aspek keamanan terlaksana dengan baik.
“Kami menemukan beberapa isu keamanan yang berkaitan dengan venue,
hotel, serta objek vital lainnya. Temuan-temuan ini telah kami
sampaikan kepada pengelola, dan kami berikan rekomendasi terkait
langkah antisipatif yang harus dilakukan. Jika ada masalah yang tidak
dapat segera ditangani oleh pihak pengelola, kami sampaikan kepada
aparat kewilayahan seperti Kodam dan Polda untuk ditindaklanjuti,”
jelas Mayjen TNI Roedy Widodo.
Dalam kesempatan yang sama, Mayjen Roedy juga menyoroti kondisi para
atlet yang bertanding dalam Peparnas kali ini. Ia mengungkapkan
kekaguman terhadap semangat para atlet penyandang disabilitas yang
mampu berkompetisi dengan dedikasi tinggi meski dalam kondisi fisik
terbatas.
Menurutnya, Peparnas adalah momentum penting untuk menunjukkan kepada
masyarakat bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih
prestasi dan masa depan yang cerah.
“Antusiasme, semangat, serta motivasi para atlet sangat luar biasa.
Peparnas ini bukan hanya soal olahraga, tapi juga ajang edukasi bagi
kita semua bahwa mereka yang memiliki kekurangan fisik bukan berarti
tidak memiliki masa depan yang cerah. Mereka telah menunjukkan bahwa
dengan semangat yang kuat, segala keterbatasan dapat diatasi,”
tegasnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa Peparnas juga menjadi ajang penting
untuk memperkuat tali persaudaraan dan silaturahmi antar-wilayah di
Indonesia. Dengan dihadiri oleh atlet dari seluruh penjuru tanah air,
Peparnas menunjukkan bahwa keberagaman dalam kebhinekaan adalah
kekayaan yang harus selalu dijaga dan dirayakan.
“Peparnas ini menjadi bukti bahwa dengan segala perbedaan, baik
budaya, latar belakang, maupun kondisi fisik, kita tetap bisa bersatu
untuk menggali nilai-nilai luhur, budaya, kesenian, dan olahraga.
Semangat kebhinekaan yang terpancar di ajang ini adalah bagian dari
seni dan kekayaan Nusantara,” ungkapnya.
Peparnas XVII di Solo 2024 ditutup oleh Menteri Pemuda dan Olah raga,
Dito Ariotedjo di Stadion Manahan dengan meriah, dihadiri oleh ribuan
penonton, atlet, serta sejumlah pejabat tinggi negara. Pj. Gubernur
Jawa Tengah, Nana Sudjana, turut hadir dalam acara tersebut, bersama
dengan perwakilan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, Komite
Paralimpiade Nasional Indonesia (NPC Indonesia), serta sejumlah tokoh
masyarakat lainnya.
Sebagai tuan rumah Peparnas XVII, Solo sukses menjalankan peranannya
dengan baik. Persiapan yang matang, fasilitas yang memadai, serta
dukungan dari berbagai pihak membuat event ini berjalan sesuai dengan
harapan. Kota Solo kembali menunjukkan bahwa selain sebagai kota
budaya, Solo juga memiliki kapasitas untuk menjadi tuan rumah berbagai
event olahraga besar.
Selain kesuksesan dari segi pelaksanaan dan keamanan, Peparnas XVII
juga menjadi ajang yang sarat dengan makna kemanusiaan dan kesetaraan.
Atlet dari berbagai provinsi hadir dengan penuh semangat untuk
menunjukkan bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk meraih
prestasi.
Dengan berakhirnya Peparnas XVII, diharapkan semangat kebersamaan dan
inklusivitas yang telah terbangun dalam ajang ini dapat terus dijaga
dan menjadi inspirasi bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia