Beijing – Aplikasi TikTok mengumumkan sudah menghapus akun yang digunakan untuk mengunggah video propaganda kelompok teroris Islamic State (ISIS).
Pegawai TikTok kepada AFP pada Selasa (22/10) mengungkapkan, mereka menghapus setidaknya 10 akun dihapus karena membagikan video propaganda ISIS.
Untuk diketahui, seperti dilaporkan Wall Street Journal (WSJ), ISIS sudah menggunakan platform berbagi video populer TikTok untuk menyebarkan propagandanya.
Menurut laporan itu, ISIS mem-posting lagu kebangsaan Negara Islam, serta jasad dan para pejuangnya ke sebuah platform yang terkenal dengan video-video tarian, lelucon dan meme.
Menurut WSJ, agen pemantau media sosial Storyful mengidentifikasi sekitar 20 akun terkait ISIS. Namun semua akun itu dilaporkan telah dimatikan.
Laporan itu mengatakan satu akun terkait ISIS memiliki sekitar 1.000 pengikut, menambahkan bahwa satu video teror memiliki 68 like. Namun laporan itu tidak merinci apakah angka-angka itu mewakili semua materi terkait ISIS di platform yang berbasis di Tiongkok tersebut.
WSJ menyebut bahwa video tersebut dirancang khusus untuk menargetkan audiens muda.
“Sajak, irama, lirik yang menggugah, dan penyampaian punchy sangat menarik bagi kaum muda,” kata Elisabeth Kendall, pakar ekstrimisme Universitas Oxford.
“Metode menyanyi yang menarik ini untuk menyebarkan ideologi (ISIS) menyebar dengan cepat dan melekat dalam ingatan kolektif. Cara itu cenderung jauh lebih efektif daripada khotbah atau perdebatan dan risalah teologis,” imbuhnya seperti dikutip dari Sputnik, Selasa (22/10).
Menurut The Verge tidak diketahui seberapa besar kehadiran ISIS di TikTok. media itu menyatakan media sosial AS membagikan basis data media tentang citra teroris yang diketahui yang memungkinkannya untuk segera dihapus setelah diunggah.
Laporan Verge mengatakan konten ISIS menyebar terutama berkat algoritma rekomendasi TikTok. Meski begitu tidak dijelaskan apakah algoritma itu mempromosikan materi atau hanya merekomendasikannya secara acak.
Ketika ISIS menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak, kelompok ini menjadi berita utama dengan video-video yang dibuat secara profesional dan penggunaan media sosialnya yang sangat besar untuk menyebarkan propaganda. Ini yang diyakini banyak pihak berkontribusi pada masuknya warga asing, termasuk para remaja.